Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pemerintah Jepang telah memperingatkan bahwa ekonomi akan mengalami kontraksi pada Oktober-Desember karena kenaikan pajak penjualan, topan, dan perang dagang Sino-AS mengurangi konsumsi dan output pabrik.
Sebuah jajak pendapat Reuters terhadap delapan analis, yang dilakukan setelah rilis PDB, memperkirakan ekonomi Jepang akan mengalami kontraksi 0,3% tahunan pada kuartal pertama. Meski demikian, prediksi ini dapat berubah tergantung pada data yang akan dirilis untuk Januari dan Februari.
Baca Juga: Ada 1.775 orang meninggal, ini daftar 5 negara yang konfirmasi kematian virus corona
Harian Sankei melaporkan pada hari Senin, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan bank sentral akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan fiskal tambahan jika wabah virus corona secara signifikan mengancam ekonomi dan tren harga Jepang.
Kuroda mengatakan kepada harian itu bahwa wabah itu adalah "ketidakpastian terbesar" bagi perekonomian.
Baca Juga: Ratusan warga Amerika diterbangkan pulang dari kapal pesiar, 14 positif virus corona
Banyak analis meragukan apakah pemerintah dan bank sentral Jepang memiliki cara yang efektif untuk melawan resesi, mengingat amunisi kebijakan mereka sudah mulai menipis.
"Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk menanggapi kenaikan pajak penjualan dan perlambatan pasca-Olimpiade, sehingga Anda tidak dapat mengharapkan langkah lebih lanjut di bidang fiskal," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute kepada Reuters.
Baca Juga: Kementan: Imbas virus corona, ekspor-impor komoditas mengalami penurunan drastis
"Tidak banyak yang bisa dilakukan BOJ ... Pelonggaran tambahan mungkin lebih berbahaya daripada kebaikan bagi perekonomian," tambahnya.