Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekonomi Jepang mengalami penyusutan pada laju tercepat dalam hampir enam tahun terakhir pada kuartal yang berakhir Desember 2019. Melansir Reuters, beberapa penyebabnya adalah karena kenaikan pajak penjualan memangkas pengeluaran konsumen dan bisnis, serta menyebarnya wabah virus corona China.
Para analis mengatakan, dampak meluas dari epidemi virus corona dapat berdampak signifikan pada Jepang jika tidak segera ditangani dalam beberapa bulan mendatang.
“Ada peluang yang cukup besar bahwa ekonomi Jepang akan mengalami kontraksi lagi pada Januari-Maret. Virus ini terutama akan menekan pariwisata yang masuk dan ekspor, tetapi juga dapat membebani konsumsi domestik cukup besar,” papar Taro Saito, rekan peneliti eksekutif di NLI Research Institute, kepada Reuters.
Baca Juga: Harvard sebut Singapura terapkan standar emas deteksi virus corona, RI sebaliknya
Dia menambahkan, "Jika epidemi ini tidak segera diatasi pada saat Olimpiade Tokyo, kerusakan ekonomi akan sangat besar," katanya.
Data Reuters menunjukkan, Produk Domestik Bruto Jepang (PDB) menyusut 6,3% secara tahunan pada periode Oktober-Desember. Penurunan ini jauh lebih tajam dari perkiraan pasar rata-rata untuk penurunan 3,7% dan penurunan pertama dalam lima kuartal.
Itu adalah penurunan terbesar sejak kuartal kedua 2014, ketika konsumsi Jepang tertekan setelah kenaikan pajak penjualan pada bulan April tahun itu.
Baca Juga: Risiko resesi memaksa Bank of Japan untuk fokus pada pemulihan ekonomi
Data yang lemah juga datang di tengah tanda-tanda perjuangan di wilayah yang lebih luas terinfeksi virus corona, membuat Jepang rentan terhadap resesi. Mengingatkan saja, suatu ekonomi dinamakan resesi jika mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Pemerintah Jepang telah memperingatkan bahwa ekonomi akan mengalami kontraksi pada Oktober-Desember karena kenaikan pajak penjualan, topan, dan perang dagang Sino-AS mengurangi konsumsi dan output pabrik.
Sebuah jajak pendapat Reuters terhadap delapan analis, yang dilakukan setelah rilis PDB, memperkirakan ekonomi Jepang akan mengalami kontraksi 0,3% tahunan pada kuartal pertama. Meski demikian, prediksi ini dapat berubah tergantung pada data yang akan dirilis untuk Januari dan Februari.
Baca Juga: Ada 1.775 orang meninggal, ini daftar 5 negara yang konfirmasi kematian virus corona
Harian Sankei melaporkan pada hari Senin, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan bank sentral akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan fiskal tambahan jika wabah virus corona secara signifikan mengancam ekonomi dan tren harga Jepang.
Kuroda mengatakan kepada harian itu bahwa wabah itu adalah "ketidakpastian terbesar" bagi perekonomian.
Baca Juga: Ratusan warga Amerika diterbangkan pulang dari kapal pesiar, 14 positif virus corona
Banyak analis meragukan apakah pemerintah dan bank sentral Jepang memiliki cara yang efektif untuk melawan resesi, mengingat amunisi kebijakan mereka sudah mulai menipis.
"Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk menanggapi kenaikan pajak penjualan dan perlambatan pasca-Olimpiade, sehingga Anda tidak dapat mengharapkan langkah lebih lanjut di bidang fiskal," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute kepada Reuters.
Baca Juga: Kementan: Imbas virus corona, ekspor-impor komoditas mengalami penurunan drastis
"Tidak banyak yang bisa dilakukan BOJ ... Pelonggaran tambahan mungkin lebih berbahaya daripada kebaikan bagi perekonomian," tambahnya.