Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Jumlah pengembang properti di China yang gulung tikar mengalami lonjakan. Hal ini disebabkan kesulitan mendapat pinjaman di tengah laju ekonomi China yang melambat.
Dilansir dari South China Morning Post, situs web People's Court Daily yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa sejauh ini ada 274 developer properti di China yang telah mengajukan pailit. Jumlah ini naik 50% dari tahun lalu.
Baca Juga: Belum berdamai di perang dagang, kini AS-China panas di Selat Taiwan
Tak cuma developer kecil, masalah ini juga menimpa sejumlah pengembang ternama di China.
Contoh yang terbaru adalah pengembang Yinyi Group yang merupakan pengembang di kota pelabuhan Tiongkok, Ningbo. Perusahaan ini mengajukan pailit usai gagal membayar utang sebesar 300 juta yuan yang didapat pada tiga tahun lalu.
Sebenarnya jumlah developer yang mengajukan pailit memang belum seberapa dibanding total jumlah pengembang di China yang jumlahnya ditaksir mencapai 100.000 perusahaan.
Tapi tetap saja kondisi ini mendorong kekhawatiran akan adanya peningkatan default dari para pelaku bisnis.
Baca Juga: Bisnis merosot berat, Nissan tunda penambahan produksi di Indonesia
Ekonomi China sendiri tumbuh 6,2% pada kuartal kedua 2019. Capaian ini merupakan laju triwulanan paling lambat sejak pencatatan dimulai pada 1992.
"Semua orang, dari pembeli rumah hingga investor mulai khawatir tentang arus kas pengembang," kata Yan Yuejin, Direktur Riset di perusahaan jasa properti E-House China R&D Institute.
Developer kini semakin sulit untuk mengakses sumber kredit tradisional karena Beijing telah berusaha untuk menekan tingkat utang yang memang sudah tinggi.
Baca Juga: Tantang ancaman China, AS kirim kapal perang di Selat Taiwan