Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ketegangan hubungan China dengan Amerika Serikat (AS) melebar. Belum juga berdamai dalam perang dagang, relasi AS dan China kini tambah memanas gara-gara soal Taiwan.
China dongkol setelah kapal perang Angkatan Laut AS berlayar melalui Selat Taiwan, sehari setelah Beijing mengingatkan bahwa China siap berperang jika Taiwan bergerak menuju kemerdekaan. Provokasi AS itu memancing amarah China.
Padahal pada pekan depan, delegasi perdagangan AS akan berkunjung ke China untuk melanjutkan negosiasi penyelesaian perang tarif dagang dua negara penguasa ekonomi dunia itu.
Baca Juga: Tantang ancaman China, AS kirim kapal perang di Selat Taiwan
Seperti dikutip Fox News, China dalam sebuah buku putih pertahanan nasional mengingatkan bahwa mereka dapat menggunakan kekerasan terhadap siapa saja yang melakukan intervensi dalam upaya menyatukan kembali Taiwan. Partai Komunis China menganggap Taiwan bagian dari China, meskipun pulau yang diperintah secara demokratis terpisah dari daratan akibat perang saudara pada tahun 1949.
"Jika ada yang berani memisahkan Taiwan dari Cina, tentara China pasti akan berperang, dengan tegas membela persatuan kedaulatan negara dan integritas teritorial," tandas juru bicara Kementerian Pertahanan Wu Qian pada Rabu (24/7).
Baca Juga: Sehari usai China nyatakan siap berperang, Kapal Perang AS berlayar di selat Taiwan
Presiden Grup Eurasia Ian Bremmer mengatakan, Taiwan sangat penting bagi China. "Sebab jika Anda melihat produksi semi-konduktor China, itu hampir nol, 90% semi-konduktor mereka diimpor dari tempat lain termasuk Taiwan," kata Bremmer kepada Fox News, Kamis (25/7).
Bremmer melihat apa yang dilakukan China, ini semua tentang China mendapatkan kesepakatan perdagangan dengan A.S.
Baca Juga: Kabarnya China mencekal bos kripto pergi makan siang dengan Warren Buffett ke AS
“Jika mereka tidak membuat kesepakatan dengan Amerika, sangat penting bagi China memiliki hubungan politik yang dominan. China semakin terintegrasi dengan tempat-tempat itu, di sisi lain, orang Taiwan merespons dengan lebih nasionalisme," ujar Bremer.