Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANGKOK. Kematian Raja Bhumibol Adulyadej menyebabkan tanda tanya atas nasib ekonomi Thailand. Ekonomi negara yang kerap menjadi tempat wisata turis asing ini kerap dihantui perlambatan akibat ketidakstabilan politik dan aksi kekerasan.
Pada Kamis (13/10) kemarin, kekuasan sang raja selama 70 tahun pun berakhir. Masa berkabung dimulai. Pria berusia 88 tahun itu sangat dipuja rakyatnya.
"Kedudukan raja sangat penting sebagai figur pemersatu di Thailand," jelas tim analis Capital Economics.
Sejumlah ekonom mencemaskan, kematian sang raja dapat menggiring guncangan di negara terebut sehingga memicu terjadinya krisis. Saat ini, ekonomi Thailand mengalami pertumbuhan yang stagnan. Selain itu, rendahnya tingkat investasi kian menyebabkan ekonomi Thailand bisa semakin tertinggal jika dibanding negara di kawasan regional lainnya seperti Vietnam.
Tingkat pertumbuhan investasi rata-rata hanya sebesar 3% dalam 10 tahun. Menurut Capital Economics, ini merupakan leve terendah di antara negara-negara utama di Asia Tenggara.
Sepertinya, guncangan politik menyebabkan proyek pembangunan infrastruktur terhambat dan investor swasta menjadi cemas.
Sekadar informasi, indeks acuan Thailand sudah anjlok 5% di sepanjang pekan ini seiring kecemasan pelaku pasar mengenai kesehatan raja. Setali tiga uang, nilai tukar baht juga keok 2% pada periode yang sama terhadap dollar AS.
Kecemasan yang dirasakan berkaitan erat dengan kondisi politik. Pemerintah Thailand yang terpilih secara demokratis tumbang oleh pihak militer sebanyak dua kali dalam satu dekade terakhir. Termasuk aksi kudeta yang menyebabkan pemerintahan junta militer memerintah negara tersebut saat ini.
"Raja sudah membantu menambah legitimasi atas pemerintah militer saat ini. Tanpa campur tangan raja, kemungkinan besar Thailand dapat terjebak perang sipil dalam satu dekade terakhir," jelas Capital Economics.
Sementara, untuk sektor pariwisata yang menjadi andalan Thailand karena menyumbang 10% pendapatan negara, masih menjadi penolong bagi Negeri Gajah Putih itu. Berdasarkan data World Travel and Tourism Council, industri itu menciptakan lapangan kerja sebanyak 5,4 juta orang.
Kendati demikian, masih ada masalah utama yang dihadapi Thailand. Yakni ketegangan politik antara pekerja di pedesaan (yang tinggal di kawasan utara) dengan penduduk kaya kota di Bangkok. Ini belum juga terselesaikan sampai sekarang.
"Hal yang paling penting adalah sulit memprediksi outlook ekonomi Thailand jangka menengah hingga gambaran politik di antara keduanya menjadi jelas," kata Capital Economics.
Namun, tidak semua analis pesimistis. Menurut tim analis Eurosia Group, suksesi kerajaan akan menyebabkan sedikit guncangan bagi Thailand.
"Badan pemerintah sepertinya sudah mempersiapkan diri dengan baik atas kondisi ini dibanding berita-berita yang beredar. Kami memprediksi volatilitas market pasca kematian raja hanya berlangsung singkat karena suksesi politik akan berjalan stabil," papar Eurosia Group.