Sumber: Bloomberg |
BEIJING. Ekspor China anjlok sangat besar dalam 13 tahun belakangan ini seiring dengan permintaan yang menyusut di AS maupun Eropa. Hal ini membuat outlook bursa tenaga kerja dan produksi industrial di China menjadi lebih buruk.
Pengiriman turun sebesar 17,5% di bulan Januari dibandingkan oleh periode yang sama tahun lalu. Bea dan Cukai menandaskan hal tersebut lewat situsnya, hari ini. Desember lalu, ekspor China turun 2,8%. Dari 14 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, sebagian besar memprediksikan penurunan ini tak lebih dari 14%.
Perekonomian China telah terglincir dan membuat 20 juta pekerja migran harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini semakin menyurung pemerintah untuk menggelontorkan paket stimulus senilai 4 triliun yuan atau setara dengan US$ 585 miliar.
"Semua perdagangan China berada dalam resesi," tukas Dariusz Kowalczyk, Chief Investment Strategist untuk SJS Markets Ltd. di Hong Kong. Menurutnya, mendorong permintaan domestik sangatlah penting saat ini.
Sementara itu impor China anjlok sebesar 43,1% di bulan Januari dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut mencatatkan kemerosotan yang paling besar sejak Bloomberg mulai menggudangkan datanya di tahun 1995. Surplus perdagangan US$ 39,11 miliar, kedua yang terbesar yang pernah ada.
Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan kemarin menegaskan bahwa Negeri Tirai Bambu ini membutuhkan pemangkasan suku bunganya untuk menyokong konsumsi dan mendorong pertumbuhan.