Sumber: CNBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Nilai ekspor China kembali bertumbuh pada bulan April, menjadi pertumbuhan dua bulan secara berturut-turut.
Mengutip CNBC, ekspor China tumbuh 8,5% pada bulan April dalam dolar AS, sementara impor turun 7,9% dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebelumnya, para ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan ekspor China akan naik 8% pada bulan April, sementara impor diperkirakan tidak akan berubah.
Di bulan sebelumnya, impor China turun 1,4% YoY dan ekspor mengalami lonjakan mengejutkan sebesar 14,8%. Pemerintah juga menunjukkan bahwa surplus perdagangan China tumbuh menjadi US$ 90,21 miliar di bulan April, naik dari surplus US$ 88,2 miliar di bulan Maret.
Baca Juga: Impor Minyak Mentah China pada April Turun ke Level Terendah Sepanjang Tahun Ini
Goldman Sachs pada hari Senin (8/5) menduga data perdagangan yang lebih lemah pada bulan April kemungkinan merupakan dampak dari liburan
Tahun Baru Imlek tahun ini.
Data ekonomi China yang baru ini menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu tetap menjadikan sektor jasa sebagai andalan ketika data produksi pabrik cukup mengecewakan.
Setelah ini China dijadwalkan untuk melaporkan data inflasi pada hari Kamis. Menurut jajak pendapat Reuters, ekonom memperkirakan inflasi melambat menjadi kenaikan 0,3% YoY.
Baca Juga: Isu Dedolarisasi Mengemuka, Bank-Bank Sentral Dunia Dongkrak Cadangan Emas
"Bankir bank sentral di China tampaknya memiliki sedikit kekhawatiran tentang deflasi, dinilai dari laporan kebijakan moneter triwulanan Bank Rakyat China (PBoC) dan risalah rapat," tulis Ekonom Bank Amerika (BofA) Global Research dalam laporannya.
Lebih lanjut, ekonom BofA mengatakan bahwa mereka memperkirakan tekanan inflasi akan meningkat karena kesenjangan output menyempit pada tahun 2023, terutama setelah dimulainya siklus kredit baru.