kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Enam strategi yang bisa dipakai China dalam perang dagang dengan AS


Sabtu, 21 Juli 2018 / 19:00 WIB
Enam strategi yang bisa dipakai China dalam perang dagang dengan AS
ILUSTRASI.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat lagi-lagi mengancam akan meningkatkan perang dagangnya dengan China.

Sebelumnya pada 6 Juli 2018, AS memberlakukan tarif pada barang-barang China dengan nilai mencapai US$ 34 miliar. Beberapa hari berselang, AS mengumumkan daftar beberapa produk tambahan lain yang akan dijadikan target penetapan tarif dengan nilai mencapai US$ 200 miliar.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, barang dengan nilai lebih dari US$ 500 miliar dapat terkena imbas pemberlakuan tarif. Jumlah tersebut hampir mencapai seluruh nilai ekspor barang China ke AS tahun lalu.

Mengutip BBC, AS membeli hampir empat kali lebih banyak dari China dibanding apa yang mereka jual kepada mereka. Mengingat bahwa China memiliki ruang terbatas untuk membalas melalui perdagangan, China dapat mencari strategi lain dalam membalas AS. Apa saja?

1. Tindakan terhadap perusahaan AS

Menurut Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics, perusahaan AS menghasilkan penjualan domestik sekitar US$ 300 miliar di China, sehingga mereka adalah target potensial. Dia menyoroti perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, yang memiliki penjualan dan operasi yang signifikan di sana.

Dia mengatakan China dapat mempersulit perusahaan-perusahaan AS dengan memperlambat izin bea cukai untuk impor mereka, menunda atau menolak aplikasi visa, atau menggunakan pemeriksaan kesehatan dan keselamatan sebagai cara untuk menghentikan sementara waktu operasional perusahaan.

Ada juga tindakan yang lebih halus. "Perusahaan AS mungkin mendapat keuntungan lebih sedikit dari upaya China untuk membuka sektor layanannya (dalam bidang-bidang seperti keuangan dan kesehatan) daripada rekan-rekan mereka dari Eropa dan Jepang," kata Julia Wang dari HSBC.

Sementara, Gary Hufbauer dari Peterson Institute for International Economics (PIIE) di Washington menilai China "akan memilih perusahaan-perusahaan AS yang tidak memiliki hubungan baik, dan membebani mereka dengan segala macam peraturan bea cukai."

Namun Hufbauer mengatakan, hal ini akan sangat merugikan ekonomi China karena perusahaan AS berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi China.

2. Melarang wisata ke AS

Meskipun AS memiliki defisit perdagangan yang besar dengan China, AS menjual lebih banyak jasa atau layanan ke China daripada membeli dari mereka. Surplus perdagangan jasa dan layanannya dengan China mencapai US$ 38 miliar pada tahun 2016.

Bagian dari hal tersebut adalah pengeluaran oleh wisatawan China yang terbilang besar. Lebih dari 130 juta warga China melakukan perjalanan ke luar negeri pada tahun 2016. Para wisatawan tersebut, yang tujuan wisatanya termasuk AS, menghabiskan dana sekitar US$ 260 miliar pada periode yang sama.

Jadi, China dapat membatasi pariwisata ke AS. Ini bukan pertama kalinya China mengambil tindakan seperti itu. Tahun lalu, pemerintah China melarang agen perjalanan menjual paket wisata ke Korea tahun lalu sebagai aksi protes kepada Seoul yang memperbolehkan sistem pertahanan rudal AS.

Meski demikian, beberapa orang menilai hal ini bisa sangat mengganggu.

"Langkah-langkah ini akan menimbulkan rasa sakit pada warga China," kata Hufbauer.

3. Devaluasi mata uang

Menurunkan nilai yuan akan membantu ekspor karena membuat barang-barang China lebih murah bagi negara lain. Devaluasi yuan juga dapat mengimbangi kenaikan harga yang disebabkan oleh tarif AS.

Analis mengatakan fakta bahwa bank sentral China belum mendukung mata uang yuan selama terjadinya pelemahan terbaru menunjukkan mereka lebih menyerahkan hal tersebut pada mekanisme kekuatan pasar.

Mengingat yuan telah jatuh ke level terendah dalam satu tahun terakhir terhadap dollar, analis juga melihat sedikit kebutuhan bagi bank sentral untuk melakukan intervensi pada saat ini.

"Jelas ada kemauan untuk membiarkan mata uang melemah untuk meredam dampak dari tarif. Saya tidak mengharapkan mereka akan merekayasa devaluasi mata uang yang lebih besar lagi," kata Evans-Pritchard.

4. Jual obligasi AS

Seperti yang diketahui, China mengempit obligasi pemerintah AS dengan nilai lebih dari US$ 1 triliun. Hal ini yang memicu kekhawatiran sejumlah pihak karena memberikan Beijing pengaruh yang besar atas ekonomi AS.

Tetapi jika China menjual obligasi AS dalam jumlah besar, hal itu akan merugikan China. Mengapa? Karena hal tersebut akan mengurangi nilai aset yang dipegang China, sehingga mereka harus beralih ke pasar obligasi asing lainnya yang kurang likuid.

Selain itu, dampak penjualan obligasi terhadap AS kemungkinan akan terbatas, karena utang AS yang dijual oleh China kemungkinan akan dibeli oleh negara lain.

"Kami pikir ini sangat tidak mungkin, karena penurunan harga sekuritas treasury AS juga akan menjadi kerugian bagi China," kata Nomura dalam hasil risetnya. "Selain itu, kami percaya, sangat sulit bagi China untuk menginvestasikan kembali kepemilikan dollar AS dengan cara yang masuk akal setelah menjual obligasi AS."

5. Ikut campur pembicaraan dengan Korea Utara

Trump pernah menyebut bahwa China dapat mengganggu upaya AS untuk melakukan denuklirisasi Korea Utara.

Dia baru-baru ini menuliskan tweet bahwa dirinya yakin pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan menghormati kesepakatan mereka. Akan tetapi dia menambahkan: "China, di sisi lain, mungkin akan mengerahkan tekanan negatif pada kesepakatan karena postur kita pada Perdagangan China-Semoga saja tidak!".

PIIE baru-baru ini menulis bahwa China memiliki senjata "yang tangguh" dalam perang dagang dan dapat menggunakan pengaruhnya di bidang-bidang di luar lingkup ekonomi.

"Ini adalah kartu yang bisa dimainkan China dengan mudah - hanya memberi isyarat kepada Korea Utara untuk melakukan apa yang secara alami bisa terjadi. Kekurangannya adalah tindakan seperti itu meningkatkan sengketa perdagangan menjadi sengketa geopolitik yang tidak diketahui seberapa besar dampaknya," kata Hufbauer dari PIIE.

6. Fokus pada ekonomi domestik

China dapat fokus pada pertumbuhan ekonomi domestik, dengan memastikan negaranya memiliki alat untuk menjaga pertumbuhan ekonomi saat masa sulit dan dengan memperluas hubungan perdagangan dan investasi dengan negara lain.

Evans-Pritchard mengatakan "pilihan terbaik" China dalam menanggapi tarif AS adalah siap untuk menopang perekonomiannya sendiri.

Julia Wang dari HSBC mengatakan China akan mencoba memperluas perdagangan dengan negara-negara selain AS. Baru-baru ini China menjadi tuan rumah bagi para pejabat Uni Eropa dan membahas perdagangan bebas.

"Saya pikir Cina telah mencoba untuk mendiversifikasi hubungan perdagangan dan investasi menjauh dari AS sejak beberapa tahun lalu, dan sekarang mereka pasti akan berakselerasi," tambahnya.




TERBARU

[X]
×