Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Presiden Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Xi Jinping, penting bagi Turki bahwa Muslim Uighur hidup dalam damai sebagai “warga negara China yang setara”.
Erdogan menyatakan hal itu selama panggilan telepon dengan Xi pada Selasa (13/7), di mana kedua pemimpin membahas masalah bilateral dan regional, menurut sebuah pernyataan dari Kantor Kepresidenan Turki.
PBB dan kelompok hak asasi memperkirakan, lebih dari satu juta orang, terutama dari Uighur yang berbahasa Turki dan minoritas Muslim lainnya, telah ditahan dalam beberapa tahun terakhir di sistem kamp yang luas di wilayah Xinjiang, Barat China.
China awalnya membantah kamp-kamp itu ada, tetapi sejak itu mengatakan, fasilitas tersebut adalah pusat kejuruan dan dirancang untuk memerangi “ekstremisme”. Dan, Beijing menyangkal semua tuduhan pelecehan.
Baca Juga: Langgar HAM, AS tambah 14 perusahaan China di Xinjiang ke daftar hitam
“Erdogan menunjukkan, penting bagi Turki bahwa orang Uighur hidup dalam kemakmuran dan perdamaian sebagai warga negara China yang setara. Dia menyuarakan rasa hormat Turki terhadap kedaulatan dan integritas teritorial China,” kata Kantor Kepresidenan Turki, seperti dikutip Al Jazeera.
Selain itu, Erdogan mengatakan kepada Xi, ada potensi tinggi untuk hubungan komersial dan diplomatik antara Turki dan China. Kedua pemimpin juga membahas bidang-bidang termasuk energi, perdagangan, transportasi, juga kesehatan.
Erdogan juga menyatakan, dia dan Xi ingin menandai peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Turki dan China dengan cara yang “layak untuk persahabatan yang mengakar” antara kedua negara.
Beberapa dari 40.000 warga Uighur yang tinggal di Turki telah mengkritik pendekatan Ankara ke China, setelah kedua negara menyetujui perjanjian ekstradisi tahun lalu.
Baca Juga: Soroti kasus HAM Uighur, ketua DPR AS ajak dunia boikot Olimpiade Beijing 2022
Menteri Luar Negeri Turki mengatakan pada Maret lalu, kesepakatan itu mirip dengan yang Turki miliki dengan negara-negara lain, dan membantahnya akan menyebabkan orang-orang Uighur dikirim kembali ke China.
Ratusan warga Uighur memprotes perlakuan terhadap kerabat etnis mereka di China selama kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Ankara pada Maret lalu.
Sebuah laporan yang Human Rights Watch rilis pada April lalu menyebutkan, China melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perlakuannya terhadap warga Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang.
Laporan tersebut mendokumentasikan “berbagai pelanggaran” yang juga mencakup penghilangan paksa, pengawasan massal, pemisahan keluarga, pemulangan paksa ke China, kerja paksa, kekerasan seksual, dan pelanggaran hak-hak reproduksi.
Beberapa pemimpin oposisi Turki menuduh Pemerintah Turki mengabaikan hak-hak Uighur demi kepentingan lain dengan China, yang dibantah Pemerintahan Erdogan.