Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Prospek Exxon Mobil dan Chevron membeli perusahaan-perusahaan besar Eropa telah surut setelah dua perusahaan minyak terkemuka Amerika Serikat (AS) itu mengumumkan akuisisi besar yang berfokus di Amerika bulan ini.
Dikutip dari Reuters, spekulasi bahwa Chevron dan Exxon akan mencoba mengakuisisi pesaingnya BP PLC dan Shell PLC semakin meningkat selama dua tahun terakhir karena perusahaan minyak besar Eropa berkinerja lebih buruk dari pesaingnya di AS.
Para investor telah menghukum perusahaan-perusahaan Eropa karena peralihan mereka ke energi terbarukan dan rendah karbon, serta memberi penghargaan kepada perusahaan-perusahaan AS atas fokus mereka pada produksi minyak dan gas, yang menghasilkan rekor keuntungan pada tahun lalu.
Baca Juga: Exxon Telah Sepakat Untuk Akuisisi Pioneer Senilai US$ 60 Miliar
Industri minyak terakhir kali mengalami era konsolidasi besar-besaran pada akhir tahun 1990-an, ketika Exxon Mobil, Shell, BP dan TotalEnergies dari Prancis bergabung dengan para pesaingnya untuk menciptakan perusahaan-perusahaan besar yang terintegrasi.
Akuisisi ini menyusul anjloknya harga minyak yang melemahkan banyak perusahaan.
Kini, perusahaan-perusahaan besar mempunyai simpanan tunai setelah lonjakan harga energi terkait dengan perang di Ukraina mendorong laba mencapai rekor tertinggi tahun lalu.
Daripada mempertaruhkan investasi dalam eksplorasi dan pengembangan, ExxonMobil dan Chevron lebih memilih mengakuisisi perusahaan untuk meningkatkan produksi dan berfokus pada disiplin keuangan dan memberi penghargaan kepada pemegang saham.
Exxon Mobil, produsen minyak terbesar di AS, mengatakan pada 11 Oktober bahwa mereka telah setuju untuk mengakuisisi Pioneer Natural Resources dalam kesepakatan seluruh saham senilai US$ 59,5 miliar yang akan menjadikannya produsen terbesar dari ladang minyak terbesar di AS dan mendapatkan jaminan satu dekade produksi berbiaya rendah.
Di sisi lain, saham BP turun 2% pada hari Senin, beberapa jam setelah Chevron mengumumkan pihaknya setuju untuk membeli produsen saingannya di AS Hess seharga US$ 53 miliar. Investor mengatakan sebagian pasar memperkirakan Chevron akan mengakuisisi perusahaan tersebut.
Tyler Tebbs, direktur pelaksana MKP Advisors, sebuah perusahaan konsultan khusus, mengatakan, akuisisi besar seperti akuisisi BP oleh Chevron tidak mungkin terjadi sekarang. Ini terlalu besar dan Chevron akan terikat dengan akuisisi Hess selama beberapa tahun. Ia menambahkan, bahwa ExxonMobil juga mengalami posisi serupa setelah mengakuisisi Pioneer.
Sementara, Anlis Exane BNP Paribas, Lucas Herrmann, mengatakan dalam laporannya pada 19 September bahwa CEO BP Bernard Looney secara tak terduga mengundurkan diri bulan lalu, sehingga menempatkan perusahaan tersebut dalam risiko diakuisisi.
Dia mengatakan, BP menjual dengan harga diskon yang berlebihan dibandingkan dengan pesaingnya di AS dan oleh karena itu bisa jadi murah.
Kapitalisasi pasar BP pada hari Senin mencapai sekitar US$ 113 miliar, sedangkan Shell bernilai US$ 220 miliar. Sementara, Chevron memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$ 318 miliar dan ExxonMobil memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$ 440 miliar.
Baca Juga: ExxonMobil Akuisisi Pioneer Natural Resources Senilai US$ 60 Miliar
Saham Shell dan BP berkinerja lebih buruk dari pesaingnya di AS sejak perusahaan-perusahaan Eropa tersebut memotong dividen mereka setelah pandemi Covid-19 merebak pada awal tahun 2020 dan karena beberapa investor khawatir mengenai dampak terhadap keuntungan dari peralihan belanja ke bisnis rendah karbon yang memberikan keuntungan lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil.
Walaupun BP dan Shell sama-sama memiliki produksi minyak dan gas, penyulingan, ritel dan operasi perdagangan yang cocok dengan operasi Chevron dan ExxonMobil, tetapi perusahaan-perusahaan AS tidak akan tertarik pada banyak bisnis energi terbarukan mereka.
Kombinasi skala ini juga akan rumit dari sudut pandang peraturan dan antimonopoli, kata tiga investor yang berbicara kepada Reuters.
Di sisi lain, Uni Eropa telah melakukan upaya yang lebih keras dibandingkan pemerintah AS dalam mendorong perusahaan minyak dan gas untuk menemukan model bisnis alternatif pengganti bahan bakar fosil dan melakukan transisi energi.
Beberapa investor Eropa juga menyerukan perusahaan-perusahaan energi untuk mengubah model bisnis mereka guna membantu memerangi perubahan iklim. Pemegang saham lain yang menginginkan keuntungan jangka pendek mendesak adanya pembaruan fokus pada minyak dan gas, sehingga mendorong Shell dan BP untuk membatalkan target transisi mereka.