kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.891.000   25.000   1,34%
  • USD/IDR 16.451   -108,00   -0,65%
  • IDX 7.083   42,47   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   7,67   0,75%
  • LQ45 801   4,76   0,60%
  • ISSI 223   1,62   0,73%
  • IDX30 418   3,18   0,77%
  • IDXHIDIV20 499   7,58   1,54%
  • IDX80 116   0,89   0,77%
  • IDXV30 119   2,42   2,07%
  • IDXQ30 137   1,02   0,76%

Focus Media terlilit dua skandal di Nasdaq (2)


Rabu, 30 November 2016 / 11:26 WIB
Focus Media terlilit dua skandal di Nasdaq (2)


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi

Di masa awal membangun bisnis, miliarder periklanan Jason Jiang berhasil menggaet investor kakap semisal Goldman Sachs dan Softbank untuk menyuntikkan dana segar. Demi ekspansi, Jason membawa Focus Media berlabuh di bursa saham teknologi Nasdag (IPO) senilai US$ 172 juta pada 2005. Sayangnya, setelah lima tahun diperdagangkan di Nasdaq, Focus Media tersangkut dua skandal besar yakni transaksi akuisisi mencurigakan dan informasi kinerja bisnis yang palsu.

Selain memiliki passion di bisnis iklan, Jason Jiang terbilang andal bernegosiasi. Hal ini terbukti dari kemampuannya menjaring dana dari sejumlah investor kakap.

Di masa-masa awal membangun bisnis, Jason membutuhkan dana segar untuk meyakinkan klien besar dan memperbesar pangsa pasar. Apalagi, Jason sempat bangkrut di perusahaan iklan pertamanya.

Tahun 2003, Jason mengubah nama Aiqi menjadi Focus Media Advertising. Di Focus Media, Jason membutuhkan dana besar untuk menerapkan konsep baru di bidang periklanan yakni menggunakan media digital di beberapa tempat publik.

Awalnya Jason menarik beberapa pemodal swasta untuk masuk. Melihat peluang bisnis di beberapa kota besar masih besar, Focus Media menjadi lirikan beberapa investor. Mengutip Financeasia, sebelum mencatatkan sahamnya di bursa saham Nasdaq Amerika Serikat pada 2005, ada beberapa investor kakap yang menanamkan sahamnya di Focus Media. Beberapa di antaranya adalah Goldman Sachs yang menanamkan modal sebesar US$ 20 juta.

Selain itu, perusahaan investasi swasta Inggris 3i menanamkan dana sebesar US$ 10 juta dan Softbank asal Jepang juga mengucurkan dana sebesar US$ 40 juta di Focus Media.

Bernafsu ekspansi, Focus Media mulai mengeksekusi rencana IPO di bursa saham Nasdaq pada 2005. Ada tiga tujuan IPO yang dirancang Jason.  Pertama, mengembangkan jaringan papan iklan di beberapa kota besar dan menengah China. Kedua, meningkatkan belanja modal. Ketiga, mengakuisisi beberapa distributor iklan lokal di beberapa daerah untuk berkembang secara anorganik.

Dua tahun sejak Focus Media berdiri, Jason berhasil mencatatkan saham Focus Media di bursa Nasdaq. Perhelatan IPO itu meraup dana segar senilai US$ 172 juta atau salah satu nilai IPO terbesar yang dilakukan perusahaan China di bursa AS.

Menjadi perusahaan terbuka artinya Focus Media bersedia untuk membuka transparansi dan meningkatkan pengelolaan yang baik untuk mendapatkan kepercayaan investor. Hal inilah yang membuat Jason tersandung.

Ini pula yang menyebabkan pada 2010 atau lima tahun setelah IPO, Focus Media sempat tersangkut skandal penjualan saham anak perusahaan yaitu Allyes Online Media Holdings Ltd. Anak perusahaan ini 100% sahamnya dimiliki oleh Focus Media.

Mengutip keterbukaan informasi ke regulator bursa AS (SEC), awalnya ada private equity yang berniat mengakuisisi Allyes Online sebesar US$ 150 juta sampai
US$ 200 juta. Sebelum akuisisi ini selesai, regulator bursa AS mencium adanya kecurangan dalam penjualan ini.

Sebab, manajemen mengumumkan kepada pemegang saham untuk membeli saham Allyes Online dengan harga enam kali lebih murah dari harga penawaran private equity. Bahkan, manajemen memaksa pembelian saham diselesaikan lebih dahulu sebelum proses akuisisi oleh private equity dilakukan.

Atas skandal ini, SEC memutuskan Focus Media bersalah dan harus membayar denda sebesar US$ 55,6 juta. Mengutip Forbes, skandal lain membayangi yakni dugaan manipulasi informasi tentang jumlah papan reklame yang tersebar di China.

Dua skandal ini membuat harga saham Focus Media merosot. Terlebih, para trader ramai melakukan aksi jual atawa short selling sehingga saham terus terperosok.

Akhirnya, Jason memutuskan keluar dari bursa atau delisting dari bursa Nasdaq pada tahun 2013. Aksi privatisasi tersebut yang terbesar oleh perusahaan China senilai US$ 3,87 miliar.    

(Bersambung)


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×