Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - CHICAGO. Boeing Co mencatat kerugian pertama sejak 1997 menyusul kenaikan biaya kompensasi 737 MAX, dan mengindikasikan akan kembali memangkas produksi 787 Dreamliner yang saat ini jadi sumber utama pendapatan mereka.
Kerugian Boeing tahun lalu mencapai US$ 2,53 miliar. Padahal tahun sebelumnya, pabrikan pesawat asal Amerika Serikat (AS) ini mengantongi laba mencapai US$ 3,87 miliar.
Arus kas Boeing juga negatif sebesar US$ 2,67 miliar di kuartal keempat tahun lalu. Sedang periode sama tahun sebelumnya, mereka mencatat arus kas positif sebesar US$ 2,45 miliar.
Baca Juga: Dapat pinjaman, Boeing mulai ekspansi di tahun ini
Kerugian tersebut tak lepas dari lonjakan biaya kompensasi 737 Max. Biaya terkait grounded pesawat itu tahun lalu mencapai US$ 14,6 miliar, dan tahun ini kemungkinan sebesar US$ 4 miliar. Boeing sebelumnya memperkirakan biayanya hanya US$ 8 miliar.
Pesawat 737 MAX yang grounded sejak Maret 2019 setelah dua kecelakaan yang menewaskan 346 orang memaksa Boeing menghentikan produksinya bulan ini, dan menyebabkan pemecatan Chief Executive Officer (CEO) Dennis Muilenburg.
"Kami menyadari, kami memiliki banyak pekerjaan yang harus kami lakukan," kata Presiden dan CEO Boeing David Calhoun dalam sebuah pernyataan, Rabu (29/1), seperti dikutip Reuters.
Pembuat pesawat yang berbasis di Chicago ini sejatinya sudah memperbarui sistem kontrol penerbangan 737 MAX dan perangkat lunak untuk mengatasi masalah yang diyakini telah memainkan peran dalam kedua kecelakaan fatal.
Baca Juga: Boeing berharap bisa melanjutkan produksi pesawat 737 MAX sebelum pertengahan tahun
Tapi, Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) menyatakan, mereka bisa mengeluarkan persetujuan 737 MAX untuk terbang lagi sebelum pertengahan tahun, lebih lama dari perkiraan Boeing.
Sebetulnya, Boeing punya jagoan lagi untuk mendulang pendapatan tahun ini, yakni 787 Dreamliner. Mereka memproduksi pesawat berbadan lebar ini rata-rata 14 unit per bulan.
Cuma, Boeing mengatakan pada Oktober tahun lalu, akan menurunkan produksi pada akhir 2020 menjadi 12 per bulan, di tengah kekeringan pesanan dari China. Dan, angka turun jadi 10 unit per bulan pada awal 2021.