Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID -Â WASHINGTON. Citra satelit Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan penurunan dramatis dalam polusi di China, yang "sebagian terkait" dengan perlambatan ekonomi akibat wabah virus corona baru.
Menurut ilmuwan NASA yang memeriksa data satelit mereka dan Badan Antariksa Eropa, pengurangan polusi nitrogen dioksida (NO2) pertama kali terlihat di dekat Kota Wuhan, pusat penyebaran Covid-19, tetapi akhirnya menyebar ke seluruh China
Peta yang membandingkan konsentrasi NO2 menunjukkan penurunan tajam antara periode 1-20 Januari, sebelum karantina menyapu Wuhan dan kota-kota lain di Provinsi Hubei, dan periode 10-25 Februari.
Baca Juga: Virus corona mereda, 18 provinsi di China turunkan tingkat tanggap darurat
"Ada bukti perubahan itu setidaknya sebagian terkait dengan perlambatan ekonomi setelah pecahnya wabah virus corona," kata Earth Observatory NASA dalam pernyataan, Senin (2/3), seperti dikutip Channelnewsasia.com.
Pemerintah China telah mengambil langkah-langkah drastis untuk mengendalikan virus corona, membatasi pergerakan orang, menutup pabrik di seluruh negeri, dan mengkarantina Provinsi Hubei, kawasan industri utama Tiongkok.
Informasi saja, NO2 adalah hasil dari pembakaran bahan bakar fosil di kendaraan dan pembangkit listrik, serta bisa menyebabkan masalah pernapasan seperti asma.
Baca Juga: Kasus virus corona turun tajam, Wuhan tutup satu rumahsakit darurat
"Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan dramatis di area seluas itu untuk periode tertentu,"ujar Fei Liu, peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA, seperti dilansir Channelnewsasia.com.
Fei mengungkapkan, saat krisis keuangan global 2008 juga terjadi penurunan NO2 di beberapa negara. Tetapi, itu adalah penurunan secara bertahap, tidak sedramatis yang terjadi di China.
Memang, selama libur Tahun Baru China, pabrik dan bisnis di negeri tembok raksasa tutup. Tapi, para peneliti percaya, penurunan itu jauh lebih besar pada periode liburan tahun ini yang bertepatan dengan wabah virus corona.
Baca Juga: Waduh! Tiga orang di Singapura dinyatakan positif corona setelah kunjungi Indonesia
Konsentrasi NO2 di China Timur dan Tengah 10%-30%, lebih rendah dibanding yang biasanya NASA amati selama periode waktu tersebut. Dan, belum ada kenaikan level setelah liburan Tahun Baru China.
"Tahun ini, tingkat pengurangan lebih signifikan daripada tahun-tahun sebelumnya dan itu telah berlangsung lebih lama," kata Liu. "Saya tidak terkejut karena banyak kota di seluruh negeri mengambil tindakan untuk meminimalkan penyebaran virus".
Sebuah studi lainnya pada Februari menemukan, emisi karbon China turun paling sedikit 100 juta metrik ton dalam dua minggu, setara hampir 6% dari emisi global selama periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Waspada penyebaran virus Corona, Pemprov DKI bentuk tim cepat tanggap
Menurut studi Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih di Finlandia, penyebaran virus corona yang cepat menyebabkan penurunan permintaan untuk batubara dan minyak, yang mengakibatkan penurunan emisi.