Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MADRID. Laporan terbaru dalam pertemuan puncak iklim di Spanyol menuliskan bahwa satu dekade terakhir ini merupakan rekor temperatur dunia terpanas. Para ahli iklim mengeluarkan peringatan ini pada Selasa (3/12) dengan menggambarkan hilangnya es laut, gelombang panas yang menghancurkan dan meluasnya lautan.
Sebuah penilaian tahunan terhadap iklim Bumi oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang berbasis di Jenewa menggarisbawahi isu yang bertujuan menopang Perjanjian Paris 2015 untuk mencegah bencana pemanasan global dalam pembicaraan yang berlangsung selama dua minggu.
Baca Juga: BMKG: Hari ini hujan berpotensi turun di Banten dan 20 provinsi lain
“Gelombang panas dan banjir yang dulunya merupakan peristiwa 'sekali dalam seabad' menjadi peristiwa yang rutin terjadi,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip Reuters.
Dia menambahkan, “Negara-negara mulai dari Bahama, Jepang hingga Mozambik menderita dampak topan tropis yang menghancurkan. Kebakaran hutan melanda Kutub Utara dan Australia,” katanya.
Baca Juga: Apakah besok akan hujan? Mungkin iya di Bekasi, Depok, dan kota-kota ini
Melansir Reuters, di antara temuan laporan tersebut antara lain:
** Suhu rata-rata untuk periode lima tahun (2015-2019) dan 10 tahun (2010-2019) hampir pasti akan menjadi rekor tertinggi.
** 2019 akan menjadi rekor tahun terpanas kedua atau ketiga.
** Air laut 26% lebih asam daripada di awal era industri, merusak ekosistem laut.
** Es laut Kutub Utara mendekati rekor terendah pada bulan September dan Oktober, dan Antartika juga mengalami rekor terendah es beberapa kali tahun ini.
** Perubahan iklim adalah pendorong utama meningkatnya kelaparan global baru-baru ini setelah satu dekade penurunan yang stabil, dengan lebih dari 820 juta orang menderita kelaparan pada tahun 2018.
** Bencana cuaca menyebabkan jutaan orang harus mengungsi pada tahun ini dan mempengaruhi pola curah hujan dari India ke Rusia utara dan Amerika Serikat bagian tengah, serta banyak wilayah lainnya.
Baca Juga: BMKG: Hari ini hujan lebat berpotensi terjadi di Jakarta dan 17 provinsi lain
Laporan itu juga mencatat bahwa lonjakan suhu laut yang dikenal sebagai "gelombang panas laut" yang menghancurkan kehidupan bawah laut menjadi hal yang umum terjadi.
Laporan itu mengatakan konsentrasi CO2 di atmosfer mencapai rekor 407,8 bagian per juta pada 2018 dan terus meningkat pada 2019. Saat pembukaan KTT iklim pada hari Senin, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah memperingatkan bahwa 400 bagian per juta telah pernah dianggap sebagai titik kritis yang “tidak pernah terpikirkan”.
Derasnya laporan mengerikan dari ilmu iklim pada tahun lalu telah memicu aktivis lingkungan mendorong beberapa perusahaan untuk berkomitmen memangkas emisi. Hal ini meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor tentang stabilitas harga aset.
Baca Juga: Kurangi pemanasan global, CIMB Niaga-Kehati inisiasi program konservasi bambu
Namun demikian, para delegasi di Madrid menghadapi perjuangan berat untuk membujuk para penghasil emisi besar untuk mengadopsi jenis perubahan radikal yang diperlukan untuk menggeser sistem iklim Bumi ke jalur yang lebih layak huni.