Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - AKCAKALE. Turki melancarkan operasi militer terhadap pejuang Kurdi di Timur Laut Suriah pada Rabu (8/10), dengan serangan udara menghantam kota perbatasan Ras al Ain.
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengumumkan serangan perdana itu dan mengatakan, tujuannya adalah untuk menghilangkan apa yang dia sebut sebagai "koridor teror" di perbatasan Selatan Turki.
Turki sudah siap untuk maju ke Timur Laut Suriah sejak pasukan Amerika Serikat (AS) mulai mengosongkan daerah itu, pasca perubahan kebijakan mendadak oleh Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Abaikan ancaman Trump, Militer Turki: Kami menyerang perbatasan Suriah-Irak
Sumber keamanan Turki mengatakan kepada Reuters, operasi militer ke Suriah telah diluncurkan dengan serangan udara dan akan didukung oleh tembakan artileri dan howitzer.
Reporter CNN Turk melaporkan, beberapa ledakan besar mengguncang Ras al Ain, tepat di seberang Ceylanpinar, kota perbatasan Turki. Suara pesawat tempur terdengar meraung-raung. Asap mengepul dari gedung-gedung di Ras al Ain.
Dunia khawatir tindakan Turki tersebut bisa membuka babak baru dalam perang Suriah dan memperburuk kekacauan regional. Tapi, Ankara menyatakan, mereka bermaksud untuk menciptakan "zona aman" guna mengembalikan jutaan pengungsi ke tanah Suriah.
Erdogan sebelumnya mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon, bahwa operasi itu akan membantu perdamaian dan stabilitas di Suriah.
Merespons serangan tersebut, Suriah menegaskan, mereka bertekad untuk menghadapi agresi Turki dengan segala cara yang sah.
Turki selama ini memandang pejuang YPG Kurdi di Suriah Timur Laut sebagai teroris karena hubungan mereka dengan gerilyawan yang melakukan pemberontakan di Turki.
Baca Juga: Terkait Suriah, Trump ancam akan menghancurleburkan ekonomi Turki
Di tengah keprihatinan kemanusiaan yang semakin dalam, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak di Timur Laut Suriah untuk melakukan pengekangan maksimum dan melindungi warga sipil.
Sementara pasukan Kurdi mengecam perubahan kebijakan AS sebagai "tikaman di belakang". Tapi, Trump membantah telah meninggalkan pasukan Kurdi, mitra AS yang paling cakap dalam memerangi pejuang Negara Islam di Suriah.