kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gelombang gagal bayar melanda pasar obligasi China, jumlahnya diramal tembus rekor


Rabu, 04 Desember 2019 / 13:42 WIB
Gelombang gagal bayar melanda pasar obligasi China, jumlahnya diramal tembus rekor
ILUSTRASI. Uang dollar AS dan uang yuan China. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China saat ini sedang menuju rekor gagal bayar (default) obligasi dalam negeri. Melansir Bloomberg, hal ini menguji kemampuan pemerintah China untuk menjaga stabilitas pasar keuangan ketika ekonomi melambat dan perusahaan-perusahaan berjuang untuk mengatasi tingkat utang yang terus melonjak dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Masih mengutip Bloomberg, setidaknya, sudah ada 15 kasus default sejak awal November. Dengan demikian, total kasus default di sepanjang tahun ini di China menjadi 120,4 miliar yuan (US$ 17,1 miliar). Sebagai perbandingan, pada 2018, nilainya sebesar 121,9 miliar yuan.

Baca Juga: China ke AS: Isu di Xinjiang bukan agama, tapi anti-terorisme dan anti-separatisme!

Sementara, surat utang yang mengalami gagal bayar hanya sebagian kecil dari US$ 4,4 triliun di pasar obligasi korporasi onshore. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan potensi penularan ketika investor berjuang untuk mengukur perusahaan mana yang mendapat dukungan dari Beijing.

"Pihak berwenang merasa kesulitan untuk menyelamatkan semua perusahaan," kata Wang Ying, seorang analis dari Fitch Ratings yang berbasis di Shanghai seperti yang dikutip Bloomberg.

Baca Juga: Prospek kesepakatan dagang AS-China kian suram, ini sejumlah indikasinya

Masalah utang China tahun ini telah menyebar ke berbagai industri, mulai dari pengembang properti dan pembuat baja hingga perusahaan energi baru dan pembuat perangkat lunak. Jenis-jenis peminjam yang menghadapi kesulitan pembayaran juga telah berkembang dari perusahaan swasta dan perusahaan milik negara setempat ke cabang-cabang bisnis universitas.

Salah satu dari kelompok bisnis itu, Kelompok Pendiri Universitas Peking, mengguncang investor pada hari Senin setelah gagal membayar kembali obligasi senilai 2 miliar yuan. Pada hari yang sama, Tunghsu Optoelektronik Technology Co, produsen komponen tampilan fotolistrik, gagal melakukan pembayaran awal atas bunga dan utang pokok senilai 1,7 miliar yuan.

Baca Juga: DPR AS loloskan RUU Uighur China, kemarahan Beijing meluap-luap

Tanda-tanda tekanan lain yang terjadi  baru-baru ini juga muncul di pasar offshore pantai China, yang sejauh ini lebih terisolasi dari default.

Tewoo Group Co, seorang pedagang komoditas utama dari kota utara Tianjin, diprediksi akan menjadi perusahaan milik negara yang cukup ternama yang gagal bayar di pasar obligasi dollar dalam lebih dari dua dekade terakhir. Perusahaan baru-baru ini menawarkan rencana restrukturisasi hutang yang menimbulkan kerugian besar bagi investor atau swap untuk obligasi baru dengan pengembalian yang jauh lebih rendah.

Tewoo Group diprediksi akan mengalami default untuk obligasinya senilai US$ 300 juta yang jatuh tempo pada 16 Desember.

Baca Juga: Aktivitas sektor jasa China November naik ke level tertinggi 7 bulan

Meskipun ada kabar buruk, para analis mengatakan ancaman krisis utang sistemik di Tiongkok masih jauh.

"Saya tidak berpikir itu adalah titik kritis," kata Todd Schubert, direktur pelaksana untuk pendapatan tetap di Bank of Singapore. “China adalah pasar besar dengan banyak emiten. Di pasar modal yang berfungsi, orang tentu akan mengharapkan beberapa default."

Pada November lalu, S&P Global Ratings memprediksi, tingkat default di pasar onshore di China tahun ini diperkirakan akan tetap sama dengan tahun lalu yakni di level 0,5%.

Baca Juga: AS bidik Prancis, 28 negara Uni Eropa akan bersatu melawan tarif Trump

Dalam sebuah laporan pada hari Selasa, Fitch mengatakan tingkat default untuk obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan China non-BUMN meningkat ke level rekor di 4,5% dalam 10 bulan pertama 2019.

Fitch menambahkan bahwa angka tersebut mungkin lebih kecil dari tingkat default sebenarnya mengingat beberapa perusahaan memilih untuk menyelesaikan dengan pemegang obligasi secara pribadi daripada melalui rumah kliring.

Baca Juga: Terjadi perpindahan dana ke safe haven, harga emas melejit 1%!

"Adapun tingkat default untuk perusahaan BUMN hanya sebesar 0,2% berkat dukungan keuangan dari pemerintah dan akses yang lebih baik untuk pendanaan dari bank," kata Fitch.




TERBARU

[X]
×