Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Miliarder dermawan George Soros telah meluncurkan serangan menyengat yang ditujukan kepada "penguasa otoriter" baik AS dan China.
Dia mengatakan Presiden Donald Trump adalah "penipu ulung dan narsis" yang telah melanggar batas-batas konstitusi AS.
Selain itu, dia juga bilang, Presiden China Xi Jinping menggunakan teknologi untuk melakukan kontrol total atas kehidupan Tiongkok.
"Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika mereka tidak berkuasa," kata Soros.
Menggunakan pidato tahunannya di World Economic Forum, di Davos, Soros memperingatkan akan ancaman yang meningkat dari populisme dan perubahan iklim, seraya menjanjikan uang senilai US$ 1 miliar yang ditujukan untuk jaringan universitas global baru demi mengatasi intoleransi.
Baca Juga: Rekor baru, rupiah berada di Rp 13.590 per dolar AS
Tetapi pengusaha itu - yang merupakan donor utama bagi partai Demokrat AS - mengatakan Beijing dan Washington merupakan ancaman terbesar bagi "masyarakat terbuka".
"Kedua [pemimpin] mencoba memperluas kekuasaan mereka hingga batasnya dan di luar batas yang ada."
"Trump bersedia mengorbankan kepentingan nasional untuk kepentingan pribadinya dan dia akan melakukan apa saja untuk memenangkan pemilihan kembali. Sebaliknya, Xi Jinping sangat ingin mengeksploitasi kelemahan Trump dan menggunakan kecerdasan buatan untuk mencapai kontrol penuh atas rakyatnya."
Baca Juga: Dinasti Italia super kaya dapat dividen senilai Rp 9,781 triliun dari Nutella
Perang dagang
AS dan China baru-baru ini membuat kesepakatan untuk menurunkan tensi perang dagang yang telah menyebabkan kedua belah pihak mengenakan tarif miliaran dollar pada ekspor masing-masing.
Tetapi Soros mengatakan Presiden Xi telah melumpuhkan perekonomian China, sementara Trump sudah menyebabkan kondisi menjadi "terlalu panas".
"Pasar saham AS tinggi tetapi tidak dapat dipertahankan pada titik didih terlalu lama," paparnya.
Baca Juga: Begini kronologi perselisihan yang melibatkan Jeff Bezos dan Putra Mahkota Arab Saudi