Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Soros, seorang Yahudi yang selamat dari pendudukan Nazi dengan memalsukan dokumen identitas, menjadi terkenal karena keterlibatannya dalam devaluasi pound Inggris, yang dikenal sebagai Black Wednesday.
Tetapi kegiatan filantropis dan politiknya yang membuatnya menjadi tokoh yang terpandang di AS, Eropa dan sekitarnya.
Baca Juga: Pejabat senior PBB tidak boleh menggunakan WhatsApp sejak Juni 2019, ini alasannya
Dia telah menghabiskan miliaran uangnya sendiri untuk mendanai proyek-proyek hak asasi manusia dan usaha demokrasi liberal di seluruh dunia, dan telah sering menjadi sasaran kritik oleh kelompok-kelompok sayap kanan karena dukungannya untuk tujuan-tujuan liberal.
Kritikan yang paling banyak disematkan kepadanya adalah tokoh anti-Semit.
Namun dia mengatakan jaringan universitas barunya akan membantu mempromosikan "pemikiran kritis" di era intoleransi.
Baca Juga: Peretasan Jeff Bezos: Pakar PBB tuntut penyelidikan atas Putra Mahkota Arab Saudi
Langkah itu akan dipandang sebagai balasan terhadap kebijakan Presiden Hongaria Victor Orban, yang telah berulang kali mencoba untuk menutup Universitas Eropa Tengah, sebuah lembaga swasta yang didirikan oleh Soros di negara itu pada tahun 1971.
Pemerintah nasionalis populis Orban mengklaim Soros memiliki rencana rahasia untuk membanjiri Hongaria dengan para migran dan menghancurkan negara itu. Tentu saja tuduhan itu disangkal oleh Soros.
Soros mengatakan, "Jaringan itu akan menjadi proyek paling penting dan abadi dalam hidup saya dan saya ingin melihatnya diterapkan saat saya masih ada."