Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pekan lalu, Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyarankan warga Malaysia untuk tidak ambil bagian dalam boikot apa pun. “Boikot adalah senjata yang tidak efektif, [itu hanya] akan menimbulkan kemarahan. Jangan memboikot siapa pun, Bumiputra atau non-Bumiputra,” katanya, merujuk pada etnis Melayu dan penduduk asli di Malaysia.
Baca Juga: Mahathir: Protes di Hong Kong menunjukkan keterbatasan satu negara dengan dua sistem
Pada hari Jumat, Mahathir dalam sebuah posting blog menulis bahwa marah dengan orang-orang dari ras lain -yang menurutnya telah menempuh jalan panjang untuk menjadi sukses dengan bekerja keras di tambang timah dan perkebunan karet di bawah pemerintahan Inggris- tidak akan membantu ras mayoritas di negara itu.
“Orang Melayu harus sadar akan apa yang terjadi pada mereka. Sayangnya tidak. Mereka masih menolak bekerja. Orang Melayu bersedia menyerahkan pekerjaan kepada orang asing dan orang asing membanjiri negara kita. Tujuh juta orang asing ada di sini hari ini. Mereka sedang bekerja,” tulisnya seperti yang ditulis South China Morning Post.
“Nasib kita ada di tangan kita sendiri. Marah dengan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah kita. Jumlah kita memang dikatakan meningkat. Tetapi mayoritas orang miskin tidak dapat bersaing dengan minoritas kaya," tulisnya lagi.
Baca Juga: Menpora Malaysia Syed Saddiq kritik polisi Indonesia, ada apa?
Profesor Yeah setuju bahwa masalah-masalah seperti seruan boikot itu mengalihkan tugas mendesak pemerintah untuk mendukung ekonomi domestik, yang sedang dipengaruhi oleh faktor eksternal.
"Secara khusus, meningkatnya perselisihan perdagangan AS-China dan meningkatnya ancaman Brexit yang tidak memiliki kesepakatan berdampak buruk pada permintaan dan perdagangan global," kata Yeah seperti dikutip dari South China Morning Post.
“Malaysia yang bergantung pada perdagangan harus menemukan sumber pertumbuhan internal untuk mengimbangi perlambatan eksternal. Oleh karena itu, menghadapi kekuatan negatif lain seperti boikot bisnis secara selektif akan mempersulit ekonomi lokal untuk mengimbangi penurunan permintaan eksternal,” papar Yeah.