kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gila kerja, wanita di Korea Selatan makin susah punya anak


Kamis, 29 Agustus 2019 / 15:26 WIB
Gila kerja, wanita di Korea Selatan makin susah punya anak
ILUSTRASI. Warga melintasi tangga bergambar unifikasi Korea di Seoul


Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Tingkat kelahiran bayi di Korea Selatan makin mengecil. Dan ini bakal menjadi masalah serius. Tingkat kesuburan penduduk di negara tersebut pada tahun lalu turun ke level terendah sejak kebijakan pencatatan sipil dimulai.

Dilansir dari CNN, total tingkat kesuburan mengukur rata-rata jumlah anak yang akan dimiliki seorang wanita dalam hidupnya. Pada 2018, angka ini turun menjadi 0,98 alias kurang dari satu bayi per wanita dari tingkatan pada tahun sebelumnya yakni 1,05.

Ini berarti 8,7% lebih sedikit bayi yang lahir di Korea Selatan pada 2018 dibandingkan dengan 2017.

Baca Juga: Kisah Chang Yun Chung, miliarder tertua di dunia berjuang menyelamatkan bisnisnya

Menurut laporan pemerintah, yang telah disusun setiap tahun sejak 1970, tingkat kesuburan untuk wanita berusia akhir 20'an telah jatuh paling tajam. Rekor ini menempatkan Korea Selatan di dekat bagian bawah tingkat kesuburan terendah di dunia. 

Catatan ini bahkan lebih rendah daripada Jepang, yang telah berjuang dengan masalah kesuburan yang rendah selama bertahun-tahun, dan yang memiliki tingkat kesuburan di level 1,42 pada 2018.

Sebagai gambaran tingkat kesuburan di Amerika Serikat pada 2018 adalah 1,72. Sementara di beberapa negara Afrika, yang memiliki angka kesuburan tertinggi di dunia, levelnya bisa berada di antara 5 atau 6.

Sementara untuk mempertahankan populasi yang stabil, setiap negara membutuhkan tingkat kesuburan di angka 2.

Baca Juga: Kapal perang AS kembali berlayar di dekat pulau-pulau laut China Selatan

Kondisi ini bukan hanya kebetulan bagi Korea Selatan. Tingkat kesuburan pada 2017 di angka 1,05 juga merupakan rekor terendah pada saat itu, sementara tingkat kematian melonjak ke rekor tertinggi.

Sementara populasi terus menua. Jumlah warga Korea Selatan yang berusia di atas 65 melebihi jumlah anak muda yang berusia 0 hingga 14 tahun untuk pertama kali pada tahun 2017, dengan penduduk lansia punya porsi 13,6% dari total jumlah warga negara.

Korea tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini karena Jepang juga mengalami hal serupa. Kedua negara telah mengalami penurunan demografis sejak tahun 1970'an. Pada 2065, populasi Jepang diperkirakan akan turun dari 127 juta menjadi sekitar 88 juta.

Pada tahun 2017, kurang dari 950.000 bayi lahir di Jepang sementara jumlah kematian meningkat menjadi 1,3 juta.

Baca Juga: Batasi risko, China pertimbangkan terbitkan aturan bagi bank-bank kecil

Ada alasan serupa di balik penurunan ini di kedua negara. Yang utama adalah budaya kerja yang menuntut dan seringkali tidak sehat membuat orang sulit menyeimbangkan karier dengan kehidupan keluarga.

Pemerintah Jepang telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mencoba membalikkan tren ini. Pada 2017, pemerintah mengumumkan paket belanja 2 triliun yen atau setara US$ 18 miliar untuk memperluas prasekolah gratis dan memotong waktu tunggu di pusat penitipan anak.

Sementara itu, pemerintah Korea Selatan menurunkan jam kerja maksimum dari 68 jam seminggu menjadi 52 jam pada tahun lalu, dengan beberapa ahli menunjuk pada penurunan tingkat kesuburan dan konsekuensi ekonomi sebagai latar belakangnya.

Ada juga kecenderungan yang meningkat di antara pria dan wanita untuk menunda atau menghindari pernikahan di kedua negara. Menurut Institut Kesehatan dan Sosial Korea (KIHSA), pada 2018, mayoritas warga Korea Selatan yang berusia 20 tahun hingga 44 tahun masih lajang.

Baca Juga: Facebook mengakui kesalahan dalam aplikasi messenger kids

Banyak dari anak muda Korea Selatan mengatakan mereka tidak punya waktu, uang, atau kapasitas emosional untuk berkencan.

Bagaimanapun, mereka harus bersaing dengan meningkatnya tingkat pengangguran di pasar kerja yang sangat kompetitif yang berarti banyak menghabiskan waktu luang mereka di sekolah-sekolah yang padat untuk mendapatkan sertifikat tambahan atau keterampilan profesional.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×