Reporter: Asnil Bambani Amri, BBC | Editor: Asnil Amri
KOLOMBO. Setelah warga Nigeria melakukan aksi protes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di negaranya, kini giliran warga Sri Lanka yang melakukan aksi protes serupa. Mereka menentang kebijakan pemerintah Sri Lanka yang menaikkan harga bahan BBM mulai 11 Februari lalu.
Kebanyakan dari mereka merupakan nelayan yang bermukim di kawasan pantai Barat Sri Lanka. Selain protes dalam bentuk aksi mogok kerja, mereka juga memblokade sejumlah jalan karena tidak mau menerima kenaikan BBM.
BBC melansir, kenaikan harga BBM di Sri Lanka terjadi Sabtu 11 Februari lalu. Harga solar untuk bus dan truk naik 36%, sementara minyak tanah yang banyak digunakan kaum miskin naik 49%, sedangkan harga premium meningkat 9%.
Sebelumnya perusahaan bus dan truk swasta sempat menggelar aksi mogok atas kenaikan harga BBM tersebut. Ribuan orang yang ingin berangkat kerja sempat terhalang, karena bus yang tersedia tidak cukup mencukupi untuk membawa penumpang.
Namun, sebagian operator bus sepakat menghentikan aksi mogok setelah pemerintah mengizinkan ada kenaikan tarif bus sebesar 20%. Akan tetapi, nelayan memutuskan tetap mogok dan terus memblokade jalan-jalan hingga ini (14/2).
Pemerintah Sri Lanka sebenarnya sudah berhati-hati dalam menaikkan bahan bakar, karena mendorong kenaikan harga bahan pangan serta listrik. Namun tingginya harga minyak dunia dan devaluasi atas mata uang rupee, membuat kenaikan harga tak terelakkan.
Kubu oposisi menuding, kebijakan menaikkan harga BBM itu tidak berpihak pada kaum miskin, karena ditempuh hanya untuk memenuhi persyaratan dari International Moneter Fund (IMF), sebagai prasyarat pencairan bantuan.
Selain itu, ada kekhawatiran di Kolombo atas sanksi Amerika Serikat (AS) kepada Iran yang akan berlaku Juli nanti. Jika sanksi itu berlaku, dikhawatirkan situasi di Sri Langka akan memperburuk, sebab 90% minyak mentah Sri Lanka berasal dari Iran.