kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.488.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.585   -20,00   -0,13%
  • IDX 7.627   67,30   0,89%
  • KOMPAS100 1.187   13,71   1,17%
  • LQ45 949   10,88   1,16%
  • ISSI 230   2,18   0,96%
  • IDX30 486   4,48   0,93%
  • IDXHIDIV20 583   5,85   1,01%
  • IDX80 135   1,50   1,12%
  • IDXV30 141   0,16   0,11%
  • IDXQ30 162   1,45   0,91%

Google Investasi Energi Nuklir Mini, Inovasi Baru untuk Mendukung AI


Selasa, 15 Oktober 2024 / 10:52 WIB
Google Investasi Energi Nuklir Mini, Inovasi Baru untuk Mendukung AI
ILUSTRASI. Google baru saja menandatangani kesepakatan bersejarah untuk menggunakan listrik yang dihasilkan dari reaktor nuklir kecil. REUTERS/Toby Melville/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Google, raksasa teknologi yang berbasis di California, baru saja menandatangani kesepakatan bersejarah untuk menggunakan listrik yang dihasilkan dari reaktor nuklir kecil guna mendukung pengembangan kecerdasan buatan (AI).

Melalui perjanjian ini, Google akan bekerja sama dengan startup energi nuklir, Kairos Power, untuk membangun tujuh reaktor nuklir kecil (small nuclear reactors) yang mampu menghasilkan total 500 megawatt tenaga listrik.

Proyek ini diharapkan menjadi salah satu pilar penting dalam upaya Google untuk meningkatkan penggunaan energi bersih yang dapat diandalkan guna memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat dari pusat data yang menopang teknologi AI.

Rincian Proyek Energi Nuklir Kecil

Reaktor pertama dari proyek ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2030, dengan reaktor-reaktor lainnya akan menyusul dalam beberapa tahun berikutnya.

Teknologi small modular reactors (SMRs) seperti yang digunakan dalam proyek ini dikenal lebih hemat biaya dan memerlukan waktu lebih singkat untuk dibangun dibandingkan reaktor nuklir komersial berskala besar.

Baca Juga: Departemen Pertahanan dan Keamanan AS Telah Mengeluarkan US$700 Juta untuk Proyek AI

Namun, teknologi ini masih dalam tahap awal pengembangan, dengan hanya tiga reaktor kecil yang saat ini beroperasi di seluruh dunia, yaitu di Rusia, China, dan India.

Google, bersama perusahaan teknologi besar lainnya seperti Microsoft dan Amazon, sedang mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan daya pusat data mereka, terutama dalam mendukung pertumbuhan pesat AI yang semakin banyak membutuhkan daya listrik.

Pusat data diketahui mengonsumsi sekitar 3% dari listrik dunia, dan konsumsi ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan seiring berkembangnya teknologi AI.

Peran Google dalam Percepatan Pengembangan Teknologi Nuklir

Menurut Michael Terrell, direktur senior energi dan iklim di Google, kesepakatan ini akan mempercepat pengembangan teknologi nuklir baru yang dapat memenuhi kebutuhan energi dengan cara yang bersih dan dapat diandalkan.

Dalam sebuah pernyataan, Terrell mengatakan bahwa jaringan listrik saat ini membutuhkan sumber energi baru untuk mendukung teknologi AI yang semakin berkembang.

“Kesepakatan ini membantu mempercepat teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan energi secara bersih dan andal, serta membuka potensi penuh AI untuk semua orang,” tambahnya dalam sebuah unggahan blog.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Singapura Kuartal III-2024 Meningkat 4,1%

Tidak hanya sekadar pelanggan, Google berperan lebih jauh sebagai mitra pengembangan bersama Kairos Power, yang memungkinkan kolaborasi mendalam antara kedua pihak untuk mempercepat kurva pembelajaran teknologi nuklir kecil ini.

Masa Depan Energi Nuklir Kecil dan Dukungan Industri Teknologi

Perusahaan teknologi lainnya juga mulai merambah penggunaan energi nuklir sebagai alternatif. Pada bulan September 2024, Microsoft menandatangani kesepakatan dengan Constellation Energy untuk memulihkan reaktor nuklir yang sudah tidak beroperasi di Three Mile Island, Pennsylvania, untuk mendukung kebutuhan energi perusahaan selama 20 tahun ke depan.

Sementara itu, Amazon juga mengumumkan pembelian kampus pusat data seluas 1.200 hektar di Pennsylvania, yang mendapatkan suplai listrik dari pembangkit nuklir terdekat.

CEO Kairos Power, Mike Laufer, menyatakan bahwa kemitraan dengan Google memungkinkan perusahaannya untuk bergerak lebih cepat dalam pengembangan teknologi. Menurutnya, Google tidak hanya bertindak sebagai pelanggan, tetapi juga sebagai mitra yang memahami sepenuhnya pendekatan inovatif Kairos Power serta potensinya di masa depan.

Teknologi SMR: Solusi Energi Masa Depan

Reaktor modular kecil, atau SMR, diyakini memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap energi dunia. SMR dirancang agar lebih fleksibel, ekonomis, dan lebih mudah diintegrasikan ke dalam jaringan listrik dibandingkan reaktor konvensional yang besar.

Baca Juga: Berikut Rincian Stimulus China Untuk Menopang Pertumbuhan Ekonomi

Keuntungan utama dari SMR termasuk pengurangan waktu konstruksi dan biaya yang lebih rendah, serta kapasitas untuk dioperasikan dengan risiko yang lebih kecil.

Kairos Power, yang didirikan pada tahun 2016 dengan dukungan dari Departemen Energi Amerika Serikat, berkomitmen untuk mempercepat pengembangan teknologi nuklir inovatif yang berpotensi merevolusi pasokan energi di Amerika Serikat dan dunia.

Selanjutnya: Harga Pangan Hari Ini (15/10) di DKI Jakarta: Harga Cabai Rawit & Minyak Goreng Naik

Menarik Dibaca: Paris Baguette Buka Gerai di Bursa Efek Indonesia, Beri Promo Menarik




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×