Sumber: Channel News Asia | Editor: Yudho Winarto
Beberapa pengemudi yang diwawancarai CNA menyampaikan kekhawatiran serupa.
Yeo, seorang pengemudi penuh waktu, mengatakan perubahan yang diusulkan lebih buruk dibanding skema saat ini karena tidak mudah untuk mendapatkan slot waktu di streak zones, sehingga berpotensi mengurangi penghasilan.
Sementara itu, Dan Lim, pengemudi malam hari dari pukul 19.00 hingga 06.00, menyebut skema baru tidak adil bagi mereka yang bekerja di luar jam sibuk.
“Pengemudi malam harus diperlakukan adil, apalagi kami sering harus menempuh jarak jauh untuk menjemput penumpang, tetapi hanya mengantar ke tempat dekat,” katanya.
Ia mengaku hanya memperoleh keuntungan bersih sekitar S$50 (Rp 600.000) per malam.
“Kebanyakan insentif hanya menguntungkan pengemudi siang,” tambahnya.
Baca Juga: Bos Grab Indonesia Ungkap Pendapatan Driver Ojek Online Sentuh Rp 6,8 Juta
Sejumlah pengemudi lainnya menyarankan agar Grab lebih fokus pada kenaikan tarif dasar ketimbang skema insentif yang dianggap seperti “permainan” yang mendorong pengemudi bekerja lebih keras.
Andy Lim, pengemudi Grab selama delapan tahun, menyebut insentif yang ditawarkan tidak banyak berpengaruh bagi penghasilannya.
Agar memenuhi syarat mendapatkan Streak Bonus, pengemudi harus menerima semua pesanan secara otomatis yang kadang tak sepadan jika lokasi penjemputan terlalu jauh.
“Ada tarif yang sangat rendah sampai rasanya seperti dibayar tidak layak,” katanya, menambahkan bahwa ia pernah hanya mendapat S$12 untuk perjalanan satu jam.
“Kalau dihitung dengan biaya sewa dan bensin, saya cuma untung S$8. Mending kerja lain di luar,” ujarnya.
Sementara itu, Tan pengemudi penuh waktu yang baru dua bulan bergabung dengan Grab menyebut banyak pengemudi menyerukan kenaikan tarif dasar karena skema insentif membuat mereka merasa tertekan.
Baca Juga: Dicecar Otoritas Bursa AS, Grab Holding Buka Suara Soal Rumor Merger dengan GOTO
“Kami menukar waktu dengan uang. Ini perjuangan berat antara memenuhi kebutuhan, menjaga kesehatan, dan punya waktu untuk keluarga,” kata Tan.
Sebagai pengemudi baru, ia mengakui dorongan untuk mengambil “satu perjalanan lagi” sangat besar. Namun, ketika kelelahan datang, risiko keselamatan meningkat.
Meski begitu, kekhawatiran soal target pendapatan tetap menghantui.
“Contohnya hari ini saya kurang S$80 dan besok pagi harus antar anak ke kamp jam 9. Saya harus cari cara untuk mengejar kekurangannya—kadang memang tidak bisa,” ujarnya.
“Kebebasan waktu sebagai pengemudi sewa pribadi itu ilusi. Saya masih beruntung bisa pakai mobil orang tua, tapi lebih berat bagi yang harus menyewa,” pungkasnya.