kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.167   24,52   0,34%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 815   2,85   0,35%
  • ISSI 224   0,76   0,34%
  • IDX30 426   1,90   0,45%
  • IDXHIDIV20 505   1,29   0,26%
  • IDX80 118   0,58   0,49%
  • IDXV30 120   0,61   0,51%
  • IDXQ30 139   0,24   0,17%

Ekonomi Singapura Naik 3,9% Secara Tahunan, Tapi Risiko Masih Membayangi


Kamis, 22 Mei 2025 / 12:51 WIB
Ekonomi Singapura Naik 3,9% Secara Tahunan, Tapi Risiko Masih Membayangi
ILUSTRASI. Youth fish at a largely empty Merlion Park in Singapore August 31, 2021. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ekonomi Singapura tumbuh sebesar 3,9% pada kuartal pertama tahun 2025 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan estimasi awal pemerintah sebesar 3,8% yang diumumkan bulan lalu.

Namun, secara kuartalan dan setelah disesuaikan secara musiman, produk domestik bruto (PDB) Singapura justru mengalami kontraksi sebesar 0,6% pada periode Januari-Maret. Meskipun begitu, angka ini lebih baik daripada estimasi awal yang memproyeksikan kontraksi 0,8%.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 di kisaran 0,0% hingga 2,0%, setelah sebelumnya merevisi turun dari kisaran 1,0% hingga 3,0% pada bulan April menyusul rencana tarif global yang diumumkan oleh Amerika Serikat.

Baca Juga: Laba Singtel Naik 9% Berkat Anak di Australia dan India

Dalam pernyataan resminya, kementerian dikutip Reuters menyebutkan, upaya negara-negara besar untuk meredakan ketegangan perdagangan belakangan ini telah sedikit memperbaiki prospek permintaan eksternal Singapura untuk sisa tahun ini.

"Terlepas dari perkembangan positif dalam beberapa pekan terakhir, prospek ekonomi global tetap dibayangi oleh ketidakpastian yang signifikan, dengan risiko yang cenderung mengarah ke sisi negatif," ujar kementerian.

Singapura sebelumnya telah memperingatkan risiko resesi dan hilangnya lapangan kerja akibat dampak dari kebijakan tarif AS. Menteri Perdagangan pekan lalu mengatakan proyeksi pertumbuhan mungkin perlu direvisi kembali jika ketidakpastian terus berlanjut. Sebagai catatan, resesi teknikal terjadi jika suatu negara mengalami kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Meskipun memiliki perjanjian perdagangan bebas dan mengalami defisit perdagangan dengan AS, Singapura tetap dikenai tarif dasar sebesar 10% oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Negara-negara Asia Tenggara lainnya juga diancam dengan tarif yang lebih tinggi, meskipun penerapannya ditunda hingga Juli dan untuk saat ini hanya berlaku tarif sementara sebesar 10%.

Baca Juga: Emas Spot Naik Lagi, Harganya Tembus US$ 3.337

Sebagai salah satu ekonomi paling terbuka di dunia dan pusat pengiriman global, Singapura juga menghadapi dampak tidak langsung jika tarif-tarif ini memperlambat perdagangan dunia. Pemerintah Singapura tengah berupaya menegosiasikan pengecualian untuk tarif obat-obatan, yang hingga kini masih menjadi ancaman meski belum diumumkan secara resmi oleh AS.

Selanjutnya: Mengintip Kekayaan Raja Thailand, Raja Rama X, Raja Terkaya di Dunia

Menarik Dibaca: Perempuan Cerdas Atur Keuangan Jadi Kunci Hidup Nyaman di 2025




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×