Sumber: Channel News Asia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Grab Singapura memutuskan menunda rencana perubahan skema insentif bagi pengemudi mereka setelah mendapat masukan dari para mitra pengemudi dan Asosiasi Kendaraan Sewa Pribadi Nasional (National Private Hire Vehicles Association/NPHVA), demikian disampaikan dalam pernyataan bersama pada Rabu (25 Juni).
"Setelah melakukan konsultasi dengan NPHVA dan menanggapi umpan balik dari mitra pengemudi, Grab memutuskan untuk menunda perubahan insentif yang direncanakan guna memastikan seluruh kekhawatiran para pengemudi benar-benar diperhatikan sebelum perubahan diterapkan lebih lanjut," tulis pernyataan tersebut melansir dari laman ChannelnewsAsia (CNA) pada Kamis (26/6).
Baca Juga: Grab Singapura Bantah Akan Akuisisi Gojek Indonesia
NPHVA menyampaikan bahwa sejumlah pengemudi mengandalkan insentif ini untuk menambah pendapatan di luar tarif dasar dan perubahan yang direncanakan dikhawatirkan justru menyulitkan pengemudi dalam mencapai target penghasilan mereka.
"Meski niat awal Grab adalah untuk membantu pengemudi mengurangi jam kerja dan lebih cepat mencapai target penghasilan, Grab menyadari bahwa implementasi perubahan ini seharusnya bisa dilakukan dengan lebih baik," lanjut pernyataan itu.
Pesan dalam aplikasi kepada para pengemudi menyebutkan bahwa perubahan terhadap insentif Grab Streak Bonus dan Streak Zones menimbulkan banyak pertanyaan dan ketidakpastian.
Perubahan tersebut kini resmi ditunda untuk ditinjau lebih lanjut, dan program insentif yang lama tetap berlaku untuk sementara waktu.
Sebelumnya, Grab mengumumkan bahwa mulai 1 Juli akan dilakukan pembaruan skema Streak Zones yang memungkinkan pengemudi memesan slot waktu dua jam, umumnya pada jam sibuk untuk beroperasi.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Dorong Perlindungan Pekerja Digital Lewat Kemitraan dengan Grab
Dalam skema tersebut, pengemudi akan mendapatkan pengembalian tunai 5% untuk setiap perjalanan yang diselesaikan, serta bonus tambahan jika berhasil mencapai target tertentu. Semua perjalanan dalam periode itu juga akan dihitung dalam bonus bulanan Grab.
Sebelum rencana tersebut ditunda, Grab menyatakan kepada CNA bahwa skema ini dirancang agar pengemudi bisa memanfaatkan dua program insentif sekaligus untuk lebih cepat mencapai target pendapatan.
Namun, NPHVA mengungkapkan kekhawatiran terhadap dampak perubahan ini terhadap pendapatan pengemudi.
Dalam unggahan Facebook pada Selasa, penasihat NPHVA Yeo Wan Ling mengatakan skema baru tersebut dapat merugikan sebagian besar pengemudi.
“Memindahkan dana dari Streak Bonus yang lebih dikenal dan stabil bisa berdampak pada penurunan pendapatan pengemudi rata-rata,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa tidak ada jaminan semua pengemudi akan mendapat slot waktu yang cukup, dan hal ini membuat penghasilan jadi tak menentu.
Baca Juga: Grab Indonesia: Lebih 50% Mitra Pengemudi Grab Adalah Korban PHK
Beberapa pengemudi yang diwawancarai CNA menyampaikan kekhawatiran serupa.
Yeo, seorang pengemudi penuh waktu, mengatakan perubahan yang diusulkan lebih buruk dibanding skema saat ini karena tidak mudah untuk mendapatkan slot waktu di streak zones, sehingga berpotensi mengurangi penghasilan.
Sementara itu, Dan Lim, pengemudi malam hari dari pukul 19.00 hingga 06.00, menyebut skema baru tidak adil bagi mereka yang bekerja di luar jam sibuk.
“Pengemudi malam harus diperlakukan adil, apalagi kami sering harus menempuh jarak jauh untuk menjemput penumpang, tetapi hanya mengantar ke tempat dekat,” katanya.
Ia mengaku hanya memperoleh keuntungan bersih sekitar S$50 (Rp 600.000) per malam.
“Kebanyakan insentif hanya menguntungkan pengemudi siang,” tambahnya.
Baca Juga: Bos Grab Indonesia Ungkap Pendapatan Driver Ojek Online Sentuh Rp 6,8 Juta
Sejumlah pengemudi lainnya menyarankan agar Grab lebih fokus pada kenaikan tarif dasar ketimbang skema insentif yang dianggap seperti “permainan” yang mendorong pengemudi bekerja lebih keras.
Andy Lim, pengemudi Grab selama delapan tahun, menyebut insentif yang ditawarkan tidak banyak berpengaruh bagi penghasilannya.
Agar memenuhi syarat mendapatkan Streak Bonus, pengemudi harus menerima semua pesanan secara otomatis yang kadang tak sepadan jika lokasi penjemputan terlalu jauh.
“Ada tarif yang sangat rendah sampai rasanya seperti dibayar tidak layak,” katanya, menambahkan bahwa ia pernah hanya mendapat S$12 untuk perjalanan satu jam.
“Kalau dihitung dengan biaya sewa dan bensin, saya cuma untung S$8. Mending kerja lain di luar,” ujarnya.
Sementara itu, Tan pengemudi penuh waktu yang baru dua bulan bergabung dengan Grab menyebut banyak pengemudi menyerukan kenaikan tarif dasar karena skema insentif membuat mereka merasa tertekan.
Baca Juga: Dicecar Otoritas Bursa AS, Grab Holding Buka Suara Soal Rumor Merger dengan GOTO
“Kami menukar waktu dengan uang. Ini perjuangan berat antara memenuhi kebutuhan, menjaga kesehatan, dan punya waktu untuk keluarga,” kata Tan.
Sebagai pengemudi baru, ia mengakui dorongan untuk mengambil “satu perjalanan lagi” sangat besar. Namun, ketika kelelahan datang, risiko keselamatan meningkat.
Meski begitu, kekhawatiran soal target pendapatan tetap menghantui.
“Contohnya hari ini saya kurang S$80 dan besok pagi harus antar anak ke kamp jam 9. Saya harus cari cara untuk mengejar kekurangannya—kadang memang tidak bisa,” ujarnya.
“Kebebasan waktu sebagai pengemudi sewa pribadi itu ilusi. Saya masih beruntung bisa pakai mobil orang tua, tapi lebih berat bagi yang harus menyewa,” pungkasnya.