Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Hampir 10.000 tentara tampak di sebuah pangkalan udara utama di Korea Utara baru-baru ini, kemungkinan tanda negara itu sedang mempersiapkan parade militer untuk menandai hari jadi besar, menurut beberapa sumber Yonhap pada Kamis (2/9).
Pasukan dan kendaraan militer telah terlihat di Tempat Pelatihan Parade Mirim di Pyongyang, ibu kota Korea Utara, sejak beberapa hari sebelumnya. Dan, militer Korea Selatan memantau dengan cermat kegiatan tersebut, sumber Yonhap di pemerintahan mengatakan.
Pangkalan Udara Mirim telah menjadi tempat bagi Korea Utara untuk melakukan latihan parade militer untuk menandai peringatan penting, seperti pembentukan pemerintah komunis pada 9 September dan berdirinya Partai Buruh yang berkuasa 10 Oktober.
Sebelumnya, 38 North, situs asal AS yang memantau Korea Utara, men-tweet: "Formasi pasukan teramati di Tempat Pelatihan Parade Mirim #DPRK di Pyongyang". DPRK adalah akronim dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Latihan untuk parade besar umumnya dimulai satu hingga dua bulan sebelumnya (kadang-kadang lebih). Ini bisa mengindikasikan parade militer yang akan datang pada Oktober," sebut 38 North.
Baca Juga: Hadapi Korea Utara, Korea Selatan kembangkan rudal sekuat senjata nuklir
Tahun lalu, Korea Utara mengadakan parade militer besar-besaran untuk menandai ulang tahun ke-75, dan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM), dan beberapa aset militer canggih lainnya.
Parade militer terakhir yang diketahui terjadi pada Januari tahun ini, setelah Pyongyang menyelesaikan kongres Partai Buruh yang berlangsung selama delapan hari. Selama acara tersebut, Pemimpin Kim Jong-un berjanji untuk meningkatkan persenjataan nuklir negaranya.
Latihan parade militer tersebut berlangsung setelah Korea Utara memperingatkan "krisis keamanan serius" sebagai protes atas latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang digelar bulan lalu.
Korea Utara belum menanggapi panggilan telepon reguler dari Korea Selatan melalui penghubung dan hotline militer sejak bulan lalu, dan tetap tidak menanggapi tawaran AS untuk berdialog.
"Kami terus mengawasi kegiatan terkait Korea Utara dalam koordinasi erat dengan otoritas intelijen AS," kata seorang pejabat Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan kepada Yonhap. "Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari maksud yang tepat dari kegiatan militer semacam itu".