Sumber: The Economist | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. The Economist memprediksi outlook yang buram bagi perekonomian global, khususnya negara-negara yang tergabung dalam G20. Dalam hasil riset terbarunya, The Economist merevisi perkiraan pertumbuhan untuk semua negara di seluruh dunia seiring menyebarnya wabah virus corona.
"Hasilnya melukiskan gambaran yang suram. Di antara seluruh negara G20, semua kecuali tiga negara akan mengalami resesi ekonomi pada tahun ini. Sementara itu, ekonomi global akan mengalami kontraksi sebesar 2,2%," papar The Economist.
Berdasarkan revisi prediksi pertumbuhan untuk negara-negara G20 pada tahun 2020, ada tiga negara yang diramal masih akan mencatatkan pertumbuhan. Indonesia merupakan salah satunya dengan revisi pertumbuhan 1% dari sebelumnya 5,1%.
Baca Juga: Seruan Bank Dunia terhadap G20 di tengah pandemi virus corona
Dua negara lainnya adalah China dan India. Revisi pertumbuhan ekonomi China tahun ini adalah 1% dari sebelumnya 5,9%. Sementara India diramal akan mencatatkan pertumbuhan 2,1% (revisi) dari sebelumnya 6%.
Ekonomi AS
Ekonomi AS akan mengalami kontraksi sebesar 2,8% tahun ini. Respons awal pemerintahan Donald Trump terhadap virus corona terbilang buruk, sehingga memungkinkan penyakit menyebar dengan cepat.
Baca Juga: Dalam jangka pendek, harga minyak bisa ke level US$ 15 per barel
Selain itu, ketika risiko ekonomi yang terkait dengan Covid-19 mulai meningkat, perjanjian antara Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas produksi minyak gagal total, yang pada akhirnya membuat harga minyak jatuh.
Kombinasi epidemi virus corona dan penurunan harga minyak global, berarti bahwa investasi akan mengalami kontraksi tajam tahun ini, terutama di sektor energi, dan pertumbuhan ekspor akan menurun.
"Ini menempatkan posisi Trump untuk terpilih kembali berada dalam risiko, karena pengangguran tampaknya akan meningkat tajam," jelas The Economist.
Ekonomi China
Dampak wabah Covid-19 terhadap ekonomi China menjadi jauh lebih dalam daripada SARS. "Dengan asumsi bahwa virus tersebut tidak kambuh lagi, kami berharap pertumbuhan PDB riil China hanya sebesar 1% pada tahun 2020, dibandingkan dengan yang diperkirakan 6,1% pada tahun 2019," jelas The Economist.
Baca Juga: Cemas dan stress krisis virus corona, menteri Jerman ini bunuh diri
Perlambatan akan terkonsentrasi pada kuartal pertama tahun ini dan masih akan tetap terasa di kuartal kedua. Pertumbuhan China akan pulih pada paruh kedua tahun ini ketika China biasanya menghasilkan sebagian besar PDB-nya.
Zona Eropa
Zona Eropa akan menjadi salah satu wilayah yang paling terpukul, yang diprediksi akan mencatatkan resesi setahun penuh sebesar 5,9%. Perinciannya, Jerman akan terkontraksi -6,8%, Prancis -5%, dan Italia -7% di 2020.
Baca Juga: Bank sentral Singapura melonggarkan kebijakan menghadapi resesi yang dalam
Di Jerman, sektor manufaktur besar sangat berorientasi ekspor, yang berarti bahwa negara tersebut secara khusus terkena gangguan rantai pasokan dan permintaan global yang lemah. "Akibatnya, pemulihan yang kami harapkan di negara-negara zona euro lainnya pada paruh kedua tahun 2020 akan terwujud jauh lebih lambat di Jerman," papar The Economist.
Amerika Latin
Prospek pertumbuhan sangat buruk di Amerika Latin. Perinciannya adalah Argentina terkontraksi -6,7%, Brasil -5,5%, dan Meksiko -5,4% di tahun ini. Ekonomi Meksiko sangat bergantung pada tren di AS, dan ekspektasi kami bahwa pertumbuhan PDB AS akan turun memberi tekanan pada prospek ekonomi Meksiko.