Sumber: VnExpress International | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reli harga emas sepanjang 2025 mendorong lonjakan minat investasi logam mulia di Singapura.
Berdasarkan laporan World Gold Council (WGC) yang dikutip The Business Times, investasi emas di negara-kota tersebut naik 37% secara tahunan menjadi 2,2 ton pada kuartal II-2025.
Kenaikan ini terjadi di tengah melonjaknya permintaan global terhadap emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
ETF Emas Catat Arus Masuk Tertinggi
Produk investasi berbasis emas menjadi salah satu pilihan favorit investor Singapura. SPDR Gold Shares ETF, yang tercatat di bursa Singapura dan Amerika Serikat, mencatat arus masuk bersih senilai S$309 juta (US$238 juta) hingga 13 Juni 2025 — tertinggi di antara seluruh ETF yang terdaftar di Singapura.
ETF emas lain seperti iShares Gold Trust, abrdn Physical Gold Shares ETF, dan GraniteShares Gold Trust yang terdaftar di AS juga menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Pasar Global Mulai Stabil, Emas Tembus Rekor Baru di Tengah Ketegangan AS–China
Saham-saham terkait emas pun ikut melonjak. Saham CNMC Goldmine, perusahaan tambang emas yang terdaftar di Bursa Singapura, telah naik lebih dari 440% sejak awal tahun hingga menembus harga S$1,30 per saham.
Investor Ritel Perkuat Kepemilikan Emas
Menurut Heng Koon How, Kepala Strategi Pasar UOB, investor ritel Singapura termasuk yang paling agresif meningkatkan kepemilikan emas mereka tahun ini.
Ia menjelaskan bahwa permintaan emas tak hanya terbatas pada emas fisik, tetapi juga meluas ke ETF berbasis emas, kontrak berjangka (futures), dan sertifikat emas.
Kelvin Ng, Kepala Divisi Pasar Global UOB, menambahkan bahwa ketidakpastian pasar mendorong lebih banyak nasabah beralih ke emas fisik.
“Sepanjang tiga kuartal pertama 2025, pembelian emas melalui rekening tabungan emas di bank kami naik 65% per bulan dibandingkan 2024. Pembelian emas fisik juga meningkat 42% secara tahunan,” ujarnya.
Baca Juga: Emas Tembus Rekor Baru, Investor Beralih ke Safe Haven di Tengah Ancaman Tarif Trump
Ia menambahkan bahwa permintaan terhadap sertifikat emas juga meningkat, mencerminkan “preferensi baru investor ritel untuk menyimpan emas mereka di bank.”
Meski investasi meningkat tajam, permintaan emas perhiasan di Singapura justru menurun. Data WGC menunjukkan penurunan sebesar 8% secara tahunan menjadi 1,5 ton pada kuartal II-2025. Harga emas yang tinggi menjadi faktor utama turunnya konsumsi perhiasan emas di pasar ritel.
Tren Positif Menular ke Asia Tenggara
Tingginya permintaan emas di Singapura turut mendorong Singapore Mint, anak usaha Sembcorp Industries, meluncurkan seri emas batangan investasi bernama Lion Bullion pada September lalu, sebagaimana dilaporkan Nikkei Asia.
Langkah serupa juga terjadi di berbagai negara Asia Tenggara yang ingin memanfaatkan reli harga emas global.
Harga spot emas telah naik 53% sepanjang tahun ini, menembus US$4.078,05 per ons pada Senin (6/10), tertinggi sepanjang sejarah. Reli ini ditopang oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, arus masuk ETF, serta kekhawatiran ekonomi akibat kebijakan tarif global.
Prospek Harga Emas Masih Cerah
Goldman Sachs baru-baru ini menaikkan proyeksi harga emas untuk Desember 2026 menjadi US$4.900 per ons, dari perkiraan sebelumnya US$4.300, didorong oleh kuatnya permintaan investor Barat dan pembelian berkelanjutan oleh bank sentral.
Baca Juga: Ancaman Tarif Trump Bawa Emas ke Level Baru, Ada Potensi ke Level US$ 4.200
Meskipun China dan India masih menjadi konsumen utama emas dunia, data terbaru menunjukkan Asia Tenggara kini memainkan peran semakin besar. Investasi emas batangan dan koin meningkat 38% di Thailand, 29% di Indonesia, dan 25% di Malaysia pada kuartal II-2025.
Emas Tetap Jadi Aset Aman di Tengah Ketidakpastian
Menurut Shaokai Fan, Kepala Divisi Asia-Pasifik dan Bank Sentral di WGC, emas terbukti tangguh di masa ketidakstabilan.
“Emas juga merupakan aset yang cukup likuid, sehingga banyak investor tetap memilihnya meskipun harganya tinggi,” ujarnya dalam wawancara dengan Channel News Asia.
Ia menambahkan, “Banyak investor beralih ke emas sebagai cara untuk melindungi diri dari ketidakpastian dunia.”