Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas naik pada hari ini, didukung oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan pembelian safe-haven karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi. Namun, kenaikan emas dibatasi oleh prospek kenaikan suku bunga agresif dari bank sentral untuk menjinakkan inflasi.
Selasa (6/9) pukul 11.30 WIB, harga emas spot naik 0,4% ke US$ 1.717,09 per ons troi, setelah naik hampir 1% di awal sesi.
Sejalan, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Desember 2022 naik 0,4% menjadi US$ 1.729,10 per ons troi.
Indeks dolar tidak berubah setelah menyentuh puncak selama 20 tahun di sesi sebelumnya.
"Ada sedikit pembelian safe-haven yang berasal dari krisis energi yang berkembang di Eropa," kata Ahli Strategi Komoditas Senior ANZ Daniel Hynes.
Namun, "mungkin akan menjadi perjuangan untuk mempertahankan pergerakan ke atas mengingat The Fed (Federal Reserve) hawkish," lanjut Hynes.
Baca Juga: Sentimen Suku Bunga The Membayangi, Harga Emas Spot Flat
Zona Eropa dipastikan hampir masuk jurang resesi, dengan survei pada hari Senin menunjukkan krisis biaya hidup yang semakin dalam dan pandangan suram yang membuat konsumen waspada terhadap pengeluaran.
Berita bahwa jalur pipa Nord Stream 1, rute pasokan utama Eropa, akan tetap ditutup juga memicu ketakutan akan resesi di kawasan itu, dengan konsumen dirugikan oleh melonjaknya harga energi.
Investor sekarang mengamati tindakan suku bunga dari European Central Bank (ECB) ketika bertemu pada hari Kamis (8/9). Sementara, kenaikan suku bunga yang besar juga diharapkan dari pertemuan kebijakan The Fed yang berlangsung pada 20-21 September mendatang.
Meskipun emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak menghasilkan dan membuat dolar AS kian perkasa.
Emas spot mungkin menguji ulang resistance di US$ 1.727 per ons troi, penembusan di atas yang dapat menyebabkan kenaikan ke US$ 1.736, menurut analis teknikal Reuters Wang Tao.