Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak naik pada hari Jumat dan bersiap untuk kenaikan mingguan ketiga. Sentimen datang dari data ekonomi China yang lebih baik dari perkiraan dan laporan rekor konsumsi minyak mendukung pandangan bahwa permintaan di konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia akan terus melonjak.
Jumat (15/9), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2023 naik 62 sen atau 0,7% menjadi US$ 94,32 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2023 naik 71 sen atau 0,8% ke US$ 90,87 per barel.
Dengan posisi tersebut, harga minyak mentah acuan tersebut naik sekitar 4% dari minggu lalu.
Output industri dan penjualan ritel China tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada bulan Agustus 2023, menunjukkan bahwa pemulihan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dari pandemi COVID-19 mulai stabil.
Baca Juga: Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi Karena Ekspektasi Pasokan yang Ketat
Data dari Biro Nasional yang dirilis pada hari Jumat (15/9) juga menunjukkan pengolahan kilang minyak meningkat ke rekor 64,69 juta ton pada bulan Agustus, naik 19,6% dari tahun sebelumnya dan setara dengan 15,23 juta barel per hari (bph).
Produksi penyulingan melonjak karena perusahaan pengolahan China mempertahankan tingkat harga yang tinggi untuk memenuhi permintaan perjalanan musim panas dan memanfaatkan penguatan margin untuk mengekspor ke konsumen Asia.
"Bertaruh pada minyak menjadi perdagangan favorit di Wall Street. Tidak ada yang meragukan keputusan OPEC+ (negara-negara penghasil minyak) pada akhir bulan lalu akan membuat pasar minyak sangat ketat pada kuartal keempat," kata analis Edward Moya di OANDA.
Rekor tingkat penyulingan di China terjadi karena penurunan produksi oleh produsen utama Rusia dan Arab Saudi yang meningkatkan kekhawatiran terhadap pasokan. Kekhawatiran pasokan telah mendorong Brent dan WTI ke level tertinggi sejak November.
International Energy Agency (IEA) mengatakan pada minggu ini pihaknya memperkirakan pengurangan produksi minyak yang berkepanjangan di Arab Saudi dan Rusia akan mengakibatkan defisit pasar hingga kuartal keempat.