Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak turun hampir US$ 1 per barel pada hari Jumat karena komentar dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka panjang, yang dapat menghambat permintaan dari konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Jumat (10/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2024 ditutup melemah US$ 1,09 atau 1,3% ke US$ 82,79 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juni 2024 ditutup melemah US$ 1 atau 1,3% menjadi US$ 78,26 per barel.
Untuk pekan ini, Brent melemah 0,2% dan WTI tercatat naik 0,2%.
Presiden Federal Reserve (The Fed) Dallas Lorie Logan pada hari Jumat mengatakan, tidak jelas apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke target 2% dari bank sentral AS.
Suku bunga yang lebih tinggi biasanya memperlambat aktivitas ekonomi dan melemahkan permintaan minyak.
Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic juga mengatakan kepada Reuters bahwa menurutnya inflasi kemungkinan akan melambat berdasarkan kebijakan moneter saat ini, sehingga memungkinkan bank sentral untuk mulai menurunkan suku bunga kebijakannya pada tahun 2024, meskipun mungkin hanya seperempat poin persentase dan tidak akan sampai pada bulan-bulan terakhir di tahun ini.
“Kedua pembicara The Fed sepertinya tidak setuju dengan prospek penurunan suku bunga,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Dolar AS menguat setelah komentar pejabat The Fed, membuat komoditas dalam mata uang the greenback lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama juga dapat mengurangi permintaan.
Harga minyak juga berada di bawah tekanan dari meningkatnya persediaan bahan bakar AS menjelang musim mengemudi di musim panas yang biasanya padat, kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.
“Mengingat penurunan harga pada bulan lalu dan tren permintaan bensin dan solar AS yang lebih lemah dari perkiraan, kemungkinan akan terjadi penyesuaian permintaan yang bearish,” kata Ritterbusch.
Minggu depan, data inflasi AS dapat mempengaruhi keputusan The Fed mengenai suku bunga.
Minyak mendapat sedikit dukungan dari jumlah rig minyak AS, yang merupakan indikator pasokan di masa depan, meskipun data perusahaan jasa energi Baker Hughes menunjukkan jumlah rig minyak turun tiga menjadi 496 pada minggu ini, terendah sejak November.
Sementara itu, para manajer keuangan memangkas posisi net long minyak mentah berjangka AS dan opsi pada minggu yang berakhir 7 Mei sebanyak 56.517 kontrak menjadi 82.697 kontrak, kata Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS.
Data pada hari Kamis yang menunjukkan, China mengimpor lebih banyak minyak pada bulan April dibandingkan bulan yang sama tahun lalu juga membantu menjaga harga minyak agar tidak bergerak lebih rendah. Ekspor dan impor Tiongkok kembali tumbuh pada bulan April setelah mengalami kontraksi pada bulan sebelumnya.
Bank Sentral Eropa, sementara itu, tampaknya semakin mungkin untuk mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni.
Di Eropa, serangan pesawat tak berawak Ukraina menyebabkan kilang minyak di wilayah Kaluga Rusia terbakar, kantor berita negara RIA melaporkan pada hari Jumat, serangan terbaru dari Kyiv dalam serangkaian serangan balasan terhadap infrastruktur energi.
Konflik di Timur Tengah juga berlanjut setelah pasukan Israel membombardir wilayah kota Rafah di Gaza selatan pada hari Kamis, menurut warga Palestina, setelah kurangnya kemajuan dalam putaran terakhir perundingan untuk menghentikan permusuhan di Gaza.