Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia diperdagangkan dalam rentang sempit pada Senin (1/9/2025), seiring kekhawatiran atas kenaikan produksi dan dampak tarif Amerika Serikat (AS) terhadap permintaan, yang mengimbangi gangguan pasokan akibat meningkatnya serangan udara antara Rusia dan Ukraina.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent turun 12 sen atau 0,18% ke level US$67,36 per barel pada pukul 00.46 GMT.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Terdorong Proyeksi Permintaan yang Rendah dan Kenaikan Pasokan
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 13 sen atau 0,2% ke posisi US$63,88 per barel. Aktivitas perdagangan diperkirakan sepi karena libur bank di AS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Minggu (31/8) berjanji akan membalas dengan memperluas serangan ke wilayah Rusia, setelah serangan drone Moskow kembali menyasar fasilitas listrik di Ukraina utara dan selatan.
Dalam beberapa pekan terakhir, kedua negara meningkatkan intensitas serangan udara yang menargetkan infrastruktur energi dan mengganggu ekspor minyak Rusia.
Data pelacakan kapal menunjukkan, pengiriman minyak mingguan dari pelabuhan Rusia turun ke level terendah empat pekan, yakni 2,72 juta barel per hari.
Meski demikian, potensi surplus pasokan masih menghantui pasar seiring produksi dari produsen utama terus meningkat.
Baca Juga: Dolar AS Bergerak Tipis Senin (1/9) Pagi, Pasar Tunggu Data Tenaga Kerja AS
Sebuah survei Reuters pada Jumat (29/8) menunjukkan harga minyak kemungkinan tidak akan naik signifikan sepanjang tahun ini, karena risiko kelebihan pasokan semakin besar di tengah ancaman tarif AS yang menekan pertumbuhan permintaan energi global.
Dari sisi makro, aktivitas manufaktur China kembali menyusut pada Agustus untuk bulan kelima berturut-turut, menurut survei resmi yang dirilis Minggu.
Kondisi ini mencerminkan produsen menahan diri akibat ketidakpastian perjanjian dagang dengan AS serta lemahnya permintaan domestik.
Investor kini menanti pertemuan OPEC+ pada 7 September 2025 untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah produksi kartel minyak tersebut.
Sementara itu, data Badan Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam naik 133.000 barel per hari menjadi rekor 13,58 juta barel per hari pada Juni lalu.
Baca Juga: Bursa Asia Lesu Senin (1/9) Pagi, Sentimen PMI China hingga Ketegangan Tarif AS
Selain itu, pasar juga akan mencermati rilis data ketenagakerjaan AS pekan ini sebagai indikator penting kondisi ekonomi, sekaligus menguji keyakinan investor bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga, sentimen yang belakangan ini telah mendukung minat terhadap aset berisiko, termasuk komoditas.