Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak berbalik melemah di awal pekan ini setelah dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Investor juga mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga di bulan Mei oleh Federal Reserve (The Fed), yang dapat meredam harapan pemulihan ekonomi.
Senin (17/4), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2023 ditutup melemah US$ 1,55 atau 1,8% ke US$ 84,76 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2023 ditutup turun US$ 1,69 atau 2,1% ke US$ 80,83 per barel.
Kedua kontrak minyak acuan ini sudah membukukan kenaikan mingguan keempat secara berturut-turut di pekan lalu. Ini jadi rekor terpanjang sejak pertengahan 2022.
Tekanan datang setelah dolar AS menguat bersamaan dengan potensi kenaikan suku bunga, dan membuat minyak yang diperdagangkan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks dolar naik sekitar 0,6% pada hari Senin.
"Dolar AS sedikit lebih kuat, dan tampaknya memberi sedikit tekanan pada minyak di sini," kata Analis Price Futures Group Phil Flynn.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun 1% karena Dolar AS Menguat, Senin (17/4)
Investor juga bertaruh The Fed akan menaikkan suku bunga pinjaman pada bulan Mei sebesar seperempat persentase poin lagi dan telah mendorong ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun ini, seperti yang biasanya terjadi dalam perlambatan.
Sementara itu, rilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama China pada hari Selasa (18/4) diperkirakan akan positif bagi harga komoditas. Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) akan memperhitungkan sebagian besar pertumbuhan permintaan tahun 2023.
Namun, IEA juga memperingatkan dalam laporan bulanannya bahwa pengurangan produksi yang diumumkan oleh produsen OPEC+ berisiko memperburuk defisit pasokan minyak yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun ini dan dapat merugikan konsumen dan pemulihan ekonomi global.
Koalisi Kelompok Tujuh (G7) akan mempertahankan batas harga US$ 60 per barel untuk minyak Rusia yang berlayar di laut, kata seorang pejabat koalisi, meskipun harga minyak mentah global meningkat dan beberapa negara meminta batas harga yang lebih rendah untuk membatasi pendapatan Moskow.
Di Irak, pemerintah federal dan Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) telah menyelesaikan masalah teknis yang penting untuk melanjutkan ekspor minyak utara dari pelabuhan Turki Ceyhan ke pasar internasional, empat sumber mengatakan kepada Reuters pada hari Senin.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat Ditopang Saham Sektor Keuangan dan Perindustrian
Turki menghentikan 450.000 barel per hari (bph) ekspor utara Irak pada 25 Maret setelah putusan arbitrase oleh Kamar Dagang Internasional (ICC), yang memerintahkan Turki untuk membayar ganti rugi Baghdad sebesar US$ 1,5 miliar untuk ekspor tidak sah KRG antara 2014 dan 2018.
Di Arab Saudi, ekspor minyak mentah pada Februari turun menjadi 7,455 juta barel per hari dari 7,658 juta barel per hari pada Januari, data resmi menunjukkan pada Senin.
Produksi minyak mentah serpih AS di tujuh cekungan serpih terbesar diperkirakan akan meningkat pada Mei sebesar 49.000 bpd menjadi 9,33 juta bpd, rekor tertinggi, data dari Energy Information Administration (EIA)