Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Melansir Reuters, kontrak minyak mentah Brent ditutup naik 65 sen atau 1,04% ke US$63,13 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 70 sen atau 1,21% menjadi US$58,65 per barel.
Data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 2,8 juta barel menjadi 426,9 juta barel pekan lalu, didorong lonjakan impor.
Angka tersebut jauh melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan hanya 55.000 barel.
“Kita jelas menuju kondisi kelebihan pasokan yang cukup besar, dan kenaikan stok ini menjadi indikatornya,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.
Sementara itu, jumlah rig minyak AS turun 12 unit menjadi 407, level terendah sejak September 2021, menurut Baker Hughes.
Dari sisi pasokan global, tiga sumber OPEC+ mengatakan aliansi produsen kemungkinan mempertahankan level produksi pada pertemuan Minggu mendatang.
Harapan pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember turut memberikan dukungan pada harga minyak karena suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Keraguan Masih Mengemuka
Investor juga menanti kejelasan lebih lanjut terkait pembicaraan damai Rusia-Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada para pemimpin Eropa pada Selasa bahwa ia siap mendorong kerangka kerja yang didukung AS untuk mengakhiri perang, pernyataan yang sempat menekan Brent dan WTI ke posisi terendah satu bulan.
“Masalahnya, belum ada kesepakatan damai, dan akan sulit memenuhi kepentingan semua pihak untuk duduk bersama dan menandatangani perjanjian,” kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
Presiden AS Donald Trump mengatakan telah menginstruksikan delegasinya untuk bertemu secara terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat Ukraina.
Seorang pejabat Ukraina menyebut Zelenskiy dapat mengunjungi AS dalam beberapa hari ke depan untuk merampungkan kesepakatan.
“Jika disepakati, perjanjian ini bisa mempercepat pencabutan sanksi Barat terhadap ekspor energi Rusia,” kata analis IG Markets Tony Sycamore dalam catatan kepada klien.
Hal itu berpotensi menekan harga WTI menuju sekitar US$55 per barel. “Untuk saat ini pasar menunggu kejelasan, namun risikonya cenderung mendorong harga lebih rendah kecuali pembicaraan menemui hambatan.”
Dalam perkembangan lain, Caspian Pipeline Consortium (CPC) yang menangani sekitar 1,5% pasokan minyak global melanjutkan kembali aktivitas pengapalan setelah sempat dihentikan akibat serangan drone Ukraina awal pekan ini.













