Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak melonjak pada Rabu (4/5) karena Uni Eropa, blok perdagangan terbesar di dunia menjabarkan rencana untuk menghentikan impor minyak Rusia, mengimbangi kekhawatiran permintaan di importir utama China.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$ 2,94, atau 2,8%, menjadi S$ 107,91 per barel pada 0746 GMT di tengah volume perdagangan yang tipis, dengan China dan Jepang tutup untuk liburan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik US$ 3,02, atau 3%, menjadi US$ 105,43 per barel.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Rabu mengusulkan embargo minyak bertahap terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina, serta sanksi bank top Rusia, dalam upaya untuk memperdalam isolasi Moskow.
Baca Juga: Permintaan Tumbuh Lebih Lambat, OPEC+ Melihat Surplus Minyak Tahun 2022 Lebih Besar
Langkah-langkah Komisi termasuk menghentikan pasokan minyak mentah Rusia dalam waktu enam bulan dan produk olahan pada akhir 2022, kata von der Leyen. Dia juga berjanji untuk meminimalkan dampak pada ekonomi Eropa.
Investor juga menunggu pengumuman dari Federal Reserve AS pada hari Rabu. Upaya penurunan inflasi yang tinggi diharapkan dapat diintensifkan dengan menaikkan suku bunga dan menurunkan neraca.
"Harga minyak tetap dalam pola bertahan menjelang sanksi Uni Eropa dan Fed," kata Stephen Innes dari SPI Asset Management dalam sebuah catatan seperti dikutip Reuters.
Di Amerika Serikat, stok minyak mentah dan bahan bakar turun pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute.
Stok minyak mentah turun 3,5 juta barel untuk pekan yang berakhir 29 April, kata mereka. Ini lebih dari perkiraan penurunan 800.000 barel yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters.
Data pemerintah AS tentang saham akan dirilis pada hari Rabu.
Harga minyak turun lebih dari 2% pada hari Selasa di tengah kekhawatiran permintaan yang berasal dari penguncian COVID-19 yang berkepanjangan di China yang telah membatasi rencana perjalanan selama musim liburan Hari Buruh.
Baca Juga: Stok Minyak Amerika Serikat Turun, Harga Minyak Naik
Indeks manajer pembelian manufaktur global berkontraksi pada April untuk pertama kalinya sejak Juni 2020, dengan penguncian China sebagai kontributor utama, Caroline Bain, kepala ekonom komoditas di Capital Economics mengatakan dalam sebuah catatan.
"Gambaran besarnya jelas negatif untuk permintaan komoditas," katanya, seraya menambahkan bahwa kenaikan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi mulai menekan pengeluaran.
"Sementara kendala pasokan dapat membuat harga komoditas tetap tinggi untuk beberapa waktu, kami pikir permintaan yang lemah akan membebani sebagian besar harga akhir tahun ini dan pada tahun 2023," kata Bain.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya pada hari Kamis diperkirakan akan tetap pada kebijakan mereka untuk peningkatan produksi bulanan lainnya.