Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak melemah pada perdagangan Kamis (28/8/2025), seiring investor menimbang prospek permintaan bahan bakar Amerika Serikat (AS) menjelang berakhirnya musim mengemudi musim panas.
Sekaligus mencermati potensi pergeseran pasokan akibat tekanan AS terhadap India terkait pembelian minyak Rusia.
Baca Juga: Bursa Asia Bervariasi di Pagi Ini (28/8), Pasar Menanti Keputusan Bank of Korea
Mengutip Reuters, kontrak berjangka Brent terkoreksi 0,46% atau 31 sen menjadi US$67,74 per barel pada pukul 00.27 GMT.
Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,56% atau 36 sen menjadi US$63,79 per barel, setelah sempat menguat lebih dari 1% pada sesi sebelumnya.
Data Administrasi Informasi Energi (EIA) AS mencatat persediaan minyak mentah turun 2,4 juta barel pada pekan yang berakhir 22 Agustus, lebih besar dari ekspektasi penurunan 1,9 juta barel dalam survei Reuters.
Penurunan ini mencerminkan permintaan yang kuat menjelang libur panjang Hari Buruh (Labor Day) akhir pekan ini.
Namun, analis pasar IG, Tony Sycamore, menilai momentum tersebut bisa bersifat musiman.
“Hari Buruh biasanya menandai berakhirnya musim mengemudi musim panas dan awal periode permintaan yang lebih rendah di AS,” ujarnya.
Baca Juga: Kekhawatiran Konflik Dagang AS – India, Begini Dampaknya ke Harga Minyak
Secara teknikal, harga WTI menghadapi resistensi di kisaran US$64–65 per barel, dengan potensi uji support di level US$60.
Dari sisi geopolitik, pelaku pasar menunggu langkah India merespons tekanan Washington. Presiden AS Donald Trump pada Rabu (27/8) menggandakan tarif impor dari India hingga 50%, menyasar pembelian minyak mentah Rusia oleh New Delhi.
Meski demikian, menurut Sycamore, India kemungkinan tetap melanjutkan impor minyak Rusia dalam jangka pendek sehingga dampaknya terhadap pasokan global relatif terbatas.
Faktor lain yang menopang harga minyak minggu ini adalah eskalasi serangan Rusia dan Ukraina terhadap infrastruktur energi masing-masing.
Rusia meluncurkan serangan drone besar-besaran ke fasilitas energi dan transportasi gas di enam wilayah Ukraina, yang menyebabkan lebih dari 100.000 warga mengalami pemadaman listrik.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Menguat Tipis, Ditopang Penurunan Stok Minyak Mentah AS
Dari sisi kebijakan moneter, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS juga turut mendukung harga minyak.
Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams menyatakan, suku bunga kemungkinan akan dipangkas dalam waktu dekat, meski keputusan final akan menunggu rilis data ekonomi jelang rapat FOMC pada 16–17 September.