Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak tergelincir pada Senin (17/6) karena tanda-tanda perlambatan ekonomi di tengah perselisihan perdagangan internasional yang mulai membesar yang dipicu oleh serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk Oman pekan lalu. Sehingga terjadi kekhawatiran pasokan.
Brent futures tercatat turun 25 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 61,76 per barel pada 0750 GMT, setelah naik 1,1% pada hari Jumat. Sementara, minyak mentah berjangka di West Texas Intermediate (WTI) AS turun 22 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 52,29, setelah menguat sebesar 0,4% di sesi sebelumnya.
"Pertumbuhan output industri China jatuh ke level terendah dalam 17 tahun di tengah ketegangan perdagangan dengan AS. Hari ini, pasar minyak harus mencerna lebih banyak kekhawatiran permintaan karena India menerapkan tarif pembalasan pada sejumlah barang AS kemarin," konsultasi JBC Energy kata dalam sebuah catatan.
Melemahnya harga juga dipengaruhi oleh meredupnya prospek pertumbuhan permintaan minyak pada 2019 oleh Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Jumat.
IEA merevisi produksi hingga di bawah 100.000 barel menjadi 1,2 juta barel per hari (bpd). Tetapi, memasuki tahun 2020 diperkirakan akan membaik berkat stimulus dan pertumbuhan di negara-negara berkembang.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo pada hari Minggu mengatakan bahwa Washington tidak ingin berperang dengan Iran tetapi akan mengambil setiap tindakan yang diperlukan, termasuk diplomasi, untuk menjamin navigasi yang aman di Timur Tengah.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih pada akhir pekan lalu mengatakan bahwa OPEC mungkin akan bertemu pada minggu pertama bulan Juli dan diberharapkan dapat tercapai kesepakatan mengenai perpanjangan pembatasan produksi minyak.
"Kami berharap bahwa kami akan mencapai konsensus untuk memperpanjang perjanjian kami ketika kami bertemu dalam waktu dua minggu di Wina," kata Falih kepada wartawan saat menghadiri pertemuan menteri energi dan lingkungan G20 di Karuizawa, barat laut Tokyo.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak plus Rusia dan produsen lainnya, memiliki kesepakatan untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari mulai 1 Januari. Pakta itu berakhir bulan ini dan kelompok itu bertemu dalam beberapa minggu mendatang untuk memutuskan langkah selanjutnya.