Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SEOUL. Turunnya harga minyak dunia yang saat ini dilihat sebagai peluang emas oleh Pemerintah Korea Selatan (Korsel). Buktinya, negara pengimpor bahan bakar ketiga terbesar Asia itu akan meningkatkan pengeluaran luar negerinya atas ladang minyak dan gas sebesar 40%. Maklum saja, turunnya harga minyak secara otomatis akan membuat aset-aset energi menjadi jauh lebih murah.
Menurut staf Kementrian Perekonomian Korsel, belanja modal atawa capital expenditure (capex) untuk eksplorasi minyak dan pembangunannya akan naik menjadi 509,4 miliar won atau setara dengan US$ 349,2 juta tahun depan. Tahun ini, diperkirakan capex untuk kategori sama hanya mencapai 364,7 miliar won. Menurutnya, anjloknya harga minyak juga turut memangkas nilai pasar beberapa ladang minyak hingga 70%.
Sang sumber juga bilang, Pemerintah Korsel sepertinya akan terus melakukan investasi di sektor sumber daya alam meskipun pertumbuhan ekonomi domestik masih mengalami perlambatan. “Tahun depan, mungkin merupakan waktu yang tepat untuk membeli sejumlah saham di sektor minyak dan gas,” jelasnya.
Catatan saja, harga minyak di Bursa New York sudah merosot 67% dari rekor tertingginya sebesar US$ 147,27 per barel pada 11 Juli lalu. Korsel menargetkan dapat menggunakan sekitar 7,4% dari ladang minyak yang dimiliki oleh Korsel di luar negeri tahun depan untuk impor minyak dan gasnya. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun ini yang hanya mencapai 5,7%.
Pada krisis finansial tahun 1997 silam, Korsel sempat menjual 26 blok minyak dan gas alamnya untuk menambah pasokan dana di negaranya.
Menurut staf Kementrian Perekonomian Korsel, belanja modal atawa capital expenditure (capex) untuk eksplorasi minyak dan pembangunannya akan naik menjadi 509,4 miliar won atau setara dengan US$ 349,2 juta tahun depan. Tahun ini, diperkirakan capex untuk kategori sama hanya mencapai 364,7 miliar won. Menurutnya, anjloknya harga minyak juga turut memangkas nilai pasar beberapa ladang minyak hingga 70%.
Sang sumber juga bilang, Pemerintah Korsel sepertinya akan terus melakukan investasi di sektor sumber daya alam meskipun pertumbuhan ekonomi domestik masih mengalami perlambatan. “Tahun depan, mungkin merupakan waktu yang tepat untuk membeli sejumlah saham di sektor minyak dan gas,” jelasnya.
Catatan saja, harga minyak di Bursa New York sudah merosot 67% dari rekor tertingginya sebesar US$ 147,27 per barel pada 11 Juli lalu. Korsel menargetkan dapat menggunakan sekitar 7,4% dari ladang minyak yang dimiliki oleh Korsel di luar negeri tahun depan untuk impor minyak dan gasnya. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun ini yang hanya mencapai 5,7%.
Pada krisis finansial tahun 1997 silam, Korsel sempat menjual 26 blok minyak dan gas alamnya untuk menambah pasokan dana di negaranya.
Berita Terkait
Internasional
Setelah Kemarin Menguat, Kini Won Kembali Terhempas
Internasional
Bursa dan Won Anjlok, Gaji Warga Korsel Dipangkas
Internasional
Won Kembali Terpeleset 1,1% Atas Dolar
Internasional
Hubungan Perekonomian Korut dan Korsel Terancam Terputus
Internasional