Reporter: Femi Adi Soempeno |
SINGAPURA. Minyak mentah merangsek naik untuk yang pertama kalinya dalam empat hari terakhir sejak saham-saham Amerika Serikat (AS) terdesak dan ketua OPEC mengatakan bahwa organisasi ini kemungkinan besar akan mengadakan pertemuan sebelum Desember 2008 untuk mempertimbangkan pengguntingan kembali produksi minyaknya.
Indeks S&P 500 meningkat 11% dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatatkan kenaikan yang kedua kalinya setelah 23 tahun. Sekretaris Jenderal OPEC mengatakan, OPEC bakal menggelar rapat kembali jika harga harga minyak ambruk sebagai dampak dari pemangkasan 1,5 barel sehari.
"Orang-orang mencari sinyal untuk memulihkan permintaan," kata Tetsu Emori, fund manager Astmax Ltd. Tokyo. "Semalam, S&P 500 meningkat sangat positif, sehingga sangat mudah bagi orang untuk mendorong harga ke atas."
Minyak mentah untuk pengiriman bulan Desember mencelat US$ 3,98 atau 6,3% menjadi US$ 66,71 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga ini sudah ambrol 56% sejak menyentuh rekor tertingginya di harga US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu.
Kemarin, kontrak berjangka longsor 49 sen menjadi US$ 62,73 per barel, harga yang paling rendah sejak 16 Mei 2007 setelah The Conference Board membeberkan indeks kepercayaan konsumen (consumer confidence index atau CCI) yang berada di titik paling rendah sejak tahun 1967.
Menurut Finansial Times yang menyitir draft dari International Energy Agency (IEA), hasil minyak mentah global terjun drastis dari yang diperkirakan, meninggalkan produsen yang harus berjuang untuk mendapat permintaan tanpa investasi ekstra
Sesuai dengan draft World Energy Outlook , Produksi tahunan diturunkan 9,1% lantaran sepinya investasi tambahan. Meskipun ada investasi tambahan, produksi juga akan tetap tergelincir 6,4% setahun.
Penurunan ini akan menjadi lebih akut saat harga-harga mulai tergerus dan keputusan untuk berinvestasi tertunda. IEA meramalkan, konsumsi China, India dan beberapa negara berkembang lainnya yang melonjak mensyaratkan investasi sedikitnya US$ 360 miliar per tahun hingga tahun 2030.
Indeks S&P 500 meningkat 11% dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatatkan kenaikan yang kedua kalinya setelah 23 tahun. Sekretaris Jenderal OPEC mengatakan, OPEC bakal menggelar rapat kembali jika harga harga minyak ambruk sebagai dampak dari pemangkasan 1,5 barel sehari.
"Orang-orang mencari sinyal untuk memulihkan permintaan," kata Tetsu Emori, fund manager Astmax Ltd. Tokyo. "Semalam, S&P 500 meningkat sangat positif, sehingga sangat mudah bagi orang untuk mendorong harga ke atas."
Minyak mentah untuk pengiriman bulan Desember mencelat US$ 3,98 atau 6,3% menjadi US$ 66,71 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga ini sudah ambrol 56% sejak menyentuh rekor tertingginya di harga US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu.
Kemarin, kontrak berjangka longsor 49 sen menjadi US$ 62,73 per barel, harga yang paling rendah sejak 16 Mei 2007 setelah The Conference Board membeberkan indeks kepercayaan konsumen (consumer confidence index atau CCI) yang berada di titik paling rendah sejak tahun 1967.
Menurut Finansial Times yang menyitir draft dari International Energy Agency (IEA), hasil minyak mentah global terjun drastis dari yang diperkirakan, meninggalkan produsen yang harus berjuang untuk mendapat permintaan tanpa investasi ekstra
Sesuai dengan draft World Energy Outlook , Produksi tahunan diturunkan 9,1% lantaran sepinya investasi tambahan. Meskipun ada investasi tambahan, produksi juga akan tetap tergelincir 6,4% setahun.
Penurunan ini akan menjadi lebih akut saat harga-harga mulai tergerus dan keputusan untuk berinvestasi tertunda. IEA meramalkan, konsumsi China, India dan beberapa negara berkembang lainnya yang melonjak mensyaratkan investasi sedikitnya US$ 360 miliar per tahun hingga tahun 2030.
Survei KG Media
Berita Terkait
Investasi
Minyak Mentah Terus Terjerembap
Internasional
Perekonomian Melambat, Harga Minyak Dunia Menciut
Internasional