Reporter: Femi Adi Soempeno |
VIENNA. Pemangkasan produksi oleh Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk yang pertama kalinya sejak dua tahun ini bisa jadi gagal untuk menyumbat harga minyak yang kolaps.
OPEC sepertinya bakal mengiris produksi mereka setidaknya 1 miliar barel besok pada pertemuan di di Vienna. Sebenarnya ini saja tidak cukup. Morgan Stanley sudah memperingatkan bahwa permintaan glonal bakal mengecil kuartal ini dari konsumsi biasanya.
"Korelasi antara pemangkasan suplai OPEC dan kenaikan harga mendekati zero," kata ben Dell, analis Sanford C. Bernstein & Co. di New York. Menurutnya, pemangkasan ini tidak menegaskan bahwa kita kelebihan pasokan dan permintaan melemah. Ekonomi yang dikembangkan sudah menunjukkan negatif dan emerging market sudah melamban.
Minyak mentah untuk pengiriman bulan Desember rontok sepanjang 16 bulan ini, yaitu US$ 66,75 per barel di New York sejalan dengan penyitaan dana pensiun Argentina dan membikin pasar berteriak di seluruh dunia. Menurut Merrill Lynch & Co., kontrak opsi menunjukkan bahwa gelinciran harga minyak dunia semakin besar dan bisa jatuh hingga dibawah US$ 55 di bulan Desember. Minyak telah ambrol 54% dari 11 Juli 2008 lalu yang mencatatkan rekornya US$ 147,27.
Awal minggu ini, China mengatakan bahwa perekonomiannya tumbuh 9% di kuartal ketiga ini. Pertumbuhan ini merupakan yang paling lambat sepanjang lima tahun terakhir. Permintaan dari emerging market dipimpim oleh China yang membantu menyurung harga minyak mendekati US$ 150 per barel tahun ini. Impor minyak China naik 11% tahun lalu dan menggemuk menjadi 13% pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu bank sentral India secara tidak diduga telah menurunkan key repurchase rate pada 20 Oktober 2008 lalu untuk yang pertama kalinya sejak 2004. Governor Duvvuri Subbarao melihat pertumbuhan yang melemah sebagai ancaman yang lebih besar ketimbang inflasi.
Korea Selatan, negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia mulai mengurangi impor minyak mentagnya bulan lalu, dari 70,3 juta barel di bulan Agustus menjadi 69 juta barel bulan lalu.
Kata Sadad Al-Husseini, konsultan Morgan Stanley, permintaan minyak diharapkan bakal menyusut menjadi 83,5 juta barel per hari di kuartal kedua; dari yang semula 85,7 juta barel sehari.
"Kita akan melihat penurunan permintaan yang signifikan yang bakal menjadi penurunan yang paling tajam di kuartal kedua," katanya.