Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paus Leo XIV diperkirakan akan mengumumkan reformasi besar terhadap Kuria Roma pada musim gugur mendatang.
Hal ini disampaikan Kardinal Vincent Nichols, Uskup Agung Westminster, yang menyebut bahwa salah satu alasan utama terpilihnya Paus Leo adalah penguasaannya terhadap struktur internal administrasi Gereja.
Melansir The Tablet, Selasa (22/7), dalam kuliah tahunan di St. George’s House, Kapel St. George, Windsor, pekan lalu, Kardinal Nichols berbicara mengenai pentingnya harapan, peran agama dalam masyarakat sekuler, dan meningkatnya ketertarikan kaum muda terhadap iman Katolik.
Ia menyebut fenomena ini sebagai tanggapan terhadap sisi spiritual dari kodrat manusia.
Baca Juga: Paus Leo XIV Tegaskan Komitmen Perkuat Dialog dengan Komunitas Yahudi
Namun, perhatian terbesar audiens justru tertuju pada sesi tanya-jawab setelah kuliah, saat Nichols mengungkap keterlibatannya dalam konklaf yang memilih Paus Leo, serta pengalamannya berkaitan dengan film Conclave, yang dirilis menjelang wafatnya Paus Fransiskus.
Kardinal Nichols adalah salah satu dari 133 kardinal yang memilih Kardinal Robert Prevost sebagai Paus Leo XIV.
Ia mengatakan, diskusi dalam Kongregasi Umum yang melibatkan para kardinal pemilih serta kardinal senior non pemilih, berfokus pada kriteria yang dibutuhkan pemimpin Gereja selanjutnya.
Prevost dinilai memenuhi semuanya: ia berasal dari ordo misionaris, memiliki kecakapan intelektual sebagai cendekiawan, memahami dinamika global setelah dua kali berkeliling dunia sebagai pemimpin Ordo Agustinian, berpengalaman dalam pelayanan pastoral sebagai uskup di wilayah miskin, serta menguasai birokrasi Kuria sejak menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup pada 2023.
“Saya rasa tak ada kandidat lain dengan kombinasi pengalaman selengkap itu,” kata Nichols.
Baca Juga: Paus Leo XIV Muncul Kembali di Media Sosial, Ini Isi Unggahan Perdananya!
Ia juga mengungkap bahwa pemilihan berlangsung cepat hanya sampai putaran keempat pada hari kedua konklaf, karena banyak diskusi memang tertuju pada reformasi Kuria.
Para pengamat kini menantikan apakah reformasi Paus Leo akan sejalan dengan jejak pendahulunya, Paus Fransiskus. Pada 2022, sembilan tahun setelah menjabat, Fransiskus mengeluarkan konstitusi apostolik Praedicate Evangelium untuk menggantikan Pastor Bonus (1988) dari Paus Yohanes Paulus II.
Reformasi itu mereorganisasi Kuria agar lebih mencerminkan peran Gereja sebagai komunitas misioner yang menyebarkan Injil dan melayani yang membutuhkan.
Paus Leo menunjukkan tanda-tanda akan melanjutkan arah ini. Ia disebut berupaya menjadikan Kuria lebih representatif secara global bukan hanya didominasi Barat dan mendorong keterlibatan perempuan dalam jabatan tinggi.
Dalam audiensi bulan Juni dengan staf Sekretariat Negara, Paus Leo menyampaikan bahwa Kuria telah berkembang menjadi lebih universal. Sekitar separuh stafnya kini adalah awam, dengan lebih dari 50 di antaranya perempuan.
Baca Juga: Dilantik Jadi Pemimpin Gereja Katolik, Paus Leo XIV Resmi Memulai Masa Kepausannya
“Sekretariat Negara kini mencerminkan wajah Gereja,” ujar Paus Leo.
Ia menekankan bahwa tugas utama Kuria adalah menyampaikan Injil melalui berbagai budaya dan bahasa, sambil menjaga pandangan Katolik universal yang menghargai keragaman budaya dan kepekaan lokal.
“Dengan cara ini, kita bisa menjadi kekuatan pendorong dalam membangun persekutuan antara Gereja Roma dan Gereja-Gereja lokal, serta menjalin persahabatan dalam komunitas internasional,” tambahnya.
Kardinal Nichols juga menyinggung film Conclave, yang diadaptasi dari novel Robert Harris dan menggambarkan proses pemilihan paus.
Ia menyebut film tersebut cukup akurat dalam menggambarkan rutinitas konklaf di Kapel Sistina, meskipun dramatisasi konflik antar kardinal terasa tidak realistis.
Baca Juga: Paus Leo XIV Akan Tempati Kembali Apartemen Kepausan di Istana Apostolik
Aktor Ralph Fiennes, yang memerankan Kardinal Thomas Lawrence dalam film itu, bahkan berkonsultasi langsung dengan Nichols untuk memahami peran sebagai pejabat tinggi Gereja, termasuk cara menggunakan rubrik liturgi.
“Kami menghabiskan sekitar tiga jam bersama. Saya bahkan menyarankannya untuk mencoba mengenakan pakaian liturgi, dan dia melakukannya,” ujar Nichols.