Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Penulis buku terlaris sekaligus pengusaha Scott Galloway menyebut nasihat “ikuti hasrat Anda” sebagai saran karier terburuk yang sering diberikan oleh para orang kaya.
Menurutnya, nasihat itu hanya cocok diucapkan oleh mereka yang sudah berada dalam posisi finansial aman.
“Siapa pun yang menyuruh Anda mengikuti hasrat, kemungkinan besar sudah kaya,” ujar Galloway dalam serial video The Path di LinkedIn pada 3 Juni 2025 seperti dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (22/7).
Ia menegaskan, mengikuti hasrat tanpa mempertimbangkan realitas bisa menjadi bumerang, terutama bagi mereka yang baru memulai karier.
Baca Juga: Ini Cara Bebas Finansial dengan Punya Multi-Income
Galloway dibesarkan di Los Angeles oleh seorang ibu tunggal, dengan penghasilan keluarga yang tidak pernah melebihi US$ 40.000 per tahun.
Awalnya ia berharap bisa meraih kebebasan finansial lewat dunia olahraga. Namun, setelah menyadari bahwa ia tidak memiliki masa depan sebagai atlet profesional, ia lulus dari UCLA dan bekerja sebagai analis di Morgan Stanley, sebuah pekerjaan yang segera disadarinya tidak cocok dengan kemampuannya.
Ia lalu beralih ke dunia wirausaha, mendirikan perusahaan pemasaran Prophet pada 1992 dan menjualnya seharga US$ 33 juta satu dekade kemudian.
Pada 2010, ia mendirikan perusahaan riset L2 yang kemudian diakuisisi pada 2017 dengan nilai lebih dari US$ 130 juta.
Menurut Galloway, keberhasilan tidak datang dari mengikuti hasrat secara membabi buta, melainkan dari menggabungkan keterampilan yang dimiliki dengan peluang yang bisa menghasilkan uang.
Baca Juga: Jenis Investasi yang Cocok untuk Umur 53 Tahun dan Tips Cerdas Mengelola Dana Pensiun
“Saya melamar ke 29 pekerjaan setelah lulus, dan hanya mendapat satu tawaran,” katanya. “Kunci keberhasilan saya adalah kemampuan bertahan dalam menghadapi penolakan.”
Pandangan Galloway sejalan dengan pernyataan CEO Mastercard, Michael Miebach. Dalam wawancara dengan pemimpin redaksi LinkedIn, Daniel Roth, Miebach mengatakan bahwa hasrat penting, tetapi tidak cukup. Ia mendorong anak muda untuk mencari titik temu antara hasrat, keahlian, dan hal yang dibutuhkan dunia.
“Apa yang benar-benar Anda kuasai? Apa yang membedakan Anda?” ujarnya.
Proses menemukan kekuatan dan keahlian tidak terjadi seketika, bahkan sering melibatkan kegagalan. Misalnya, seorang produser berita yang diberhentikan bisa saja menemukan bakat barunya dalam membuat film dokumenter, beralih dari berita pendek ke penceritaan panjang.
Baca Juga: Tanpa Potongan, Ini 5 Jenis Tabungan Bank Konvensional yang Bebas Admin Bulanan
Psikolog dari Universitas Yale, Laurie Santos, menyarankan untuk mengadopsi growth mindset, atau pola pikir berkembang. Dengan pendekatan ini, setiap kegagalan menjadi peluang belajar untuk meningkatkan diri dan mengambil langkah lebih baik di masa depan.
“Dengan pola pikir berkembang, kita belajar bagaimana menjadi lebih baik di kemudian hari,” kata Santos kepada CNBC Make It pada 2023.