Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik lebih dari 1% pada Jumat (14/11/2025), setelah pelabuhan Novorossiysk di Laut Hitam menghentikan ekspor minyak menyusul serangan drone Ukraina yang menghantam depot minyak di pusat energi utama Rusia tersebut.
Melansir Reuters, harga Brent tercatat naik 87 sen atau 1,4% menjadi US$63,88 per barel pada pukul 12.21 GMT. Sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 93 sen atau 1,6% ke US$59,62 per barel.
Keduanya sempat melonjak lebih dari 2% di awal sesi, sebelum memangkas sebagian kenaikan.
Baca Juga: Pemilik Liverpool Batal Akuisisi Klub La Liga, Getafe Tak Lagi Jadi Target Investasi
Serangan pada Jumat merusak sebuah kapal di pelabuhan, beberapa blok apartemen, serta depot minyak di Novorossiysk dan melukai tiga anggota awak kapal, menurut pejabat Rusia.
Pelabuhan tersebut menghentikan ekspor minyak, sementara operator pipa Transneft juga menangguhkan pasokan minyak ke fasilitas itu, dua sumber industri mengatakan kepada Reuters.
“Intensitas serangan meningkat, jauh lebih sering. Pada akhirnya mereka bisa mengenai infrastruktur yang menyebabkan gangguan berkepanjangan,” ujar Giovanni Staunovo, analis komoditas UBS.
Ia menambahkan bahwa pasar kini berupaya menilai efek dari rangkaian serangan terbaru dan implikasinya terhadap pasokan Rusia dalam jangka panjang.
Baca Juga: MU Berpotensi Kehilangan Pemain Senilai Rp 3,2 Triliun Secara Gratis Musim Depan
Menurut sumber industri, pengiriman minyak mentah melalui Novorossiysk pada Oktober mencapai 3,22 juta ton, atau setara 761.000 barel per hari, dengan total 1,794 juta ton produk minyak yang diekspor.
Brent berada di jalur kenaikan mingguan sebesar 0,4%, sementara WTI turun 0,3%.
Kenaikan harga ini muncul setelah Brent dan WTI masing-masing anjlok sekitar 3% pada Rabu, tertekan oleh laporan OPEC yang memproyeksikan pasokan global akan seimbang dengan permintaan pada 2026, bergeser dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan.
Pada Kamis, Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan kenaikan stok minyak mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan. Sementara persediaan bensin dan distilat turun lebih sedikit dari ekspektasi.
Baca Juga: China Akan Memperketat Pengawasan Ekspor Mobil Bekas
Stok minyak mentah AS meningkat 6,4 juta barel menjadi 427,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 7 November, jauh di atas ekspektasi kenaikan 1,96 juta barel.
Investor juga mencermati dampak sanksi Barat terhadap pasokan minyak Rusia. AS melarang transaksi dengan perusahaan minyak Rusia Lukoil dan Rosneft setelah 21 November, sebagai bagian dari tekanan agar Moskow masuk ke meja perundingan terkait perang Ukraina.
JPMorgan mencatat bahwa sekitar 1,4 juta barel per hari minyak Rusia, hampir sepertiga dari potensi ekspor via laut kini tertahan di kapal tanker karena proses pembongkaran melambat akibat sanksi tersebut.
Bank itu memperkirakan situasinya bisa makin rumit setelah tenggat 21 November, ketika pengiriman dari Rosneft dan Lukoil resmi dilarang.













