Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak naik sekitar 2% pada hari ini, didorong oleh kekhawatiran pasokan setelah pelabuhan Laut Hitam Novorossiysk menghentikan ekspor minyak menyusul serangan pesawat tak berawak Ukraina yang menghantam depot minyak di pusat energi utama Rusia.
Jumat (14/11/2025) pukul 18.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2026 naik US$ 1,50 atau 2,4% menjadi US$ 64,51 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2025 menguat US$ 1,57 atau 2,7% ke US$ 60,26 per barel.
Serangan hari Jumat merusak sebuah kapal di pelabuhan, blok apartemen, dan sebuah depot minyak di Novorossiysk, melukai tiga awak kapal, kata pejabat Rusia.
Baca Juga: MU Berpotensi Kehilangan Pemain Senilai Rp 3,2 Triliun Secara Gratis Musim Depan
Pelabuhan tersebut menghentikan ekspor minyak dan Transneft, perusahaan monopoli pipa minyak, menangguhkan pasokan minyak mentah ke outlet tersebut, dua sumber industri mengatakan kepada Reuters.
"Intensitas serangan ini telah meningkat, jauh lebih sering. Pada akhirnya, serangan ini dapat mengenai sesuatu yang menyebabkan gangguan jangka panjang," kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Pasar sedang mencoba menilai dampak dari serangan terbaru dan apa artinya ini bagi pasokan Rusia dalam jangka panjang, katanya.
Sumber-sumber industri mengatakan pengiriman minyak mentah melalui Novorossiysk mencapai 3,22 juta ton, atau 761.000 barel per hari, pada bulan Oktober, dengan total 1,794 juta ton produk minyak yang diekspor.
Harga acuan diperkirakan akan naik minggu ini, dengan Brent naik sekitar 1% sejauh ini, sementara WTI naik 0,8%.
Kenaikan harga terjadi setelah Brent dan WTI turun sekitar 3% pada hari Rabu, terbebani oleh laporan OPEC bahwa pasokan minyak global akan menyamai permintaan pada tahun 2026, yang semakin mengubah proyeksi sebelumnya tentang defisit pasokan.
Pada hari Kamis, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan kenaikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan minggu lalu, sementara persediaan bensin dan distilat turun lebih rendah dari perkiraan.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Wilayah di Bumi Paling Rawan Terkena Tumbukan Objek Antarbintang
Persediaan minyak mentah naik 6,4 juta barel menjadi 427,6 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 7 November, menurut EIA, dibandingkan ekspektasi jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,96 juta barel.
Investor juga mencermati dampak sanksi Barat terhadap pasokan minyak dan arus perdagangan Rusia.
AS memberlakukan sanksi yang melarang kesepakatan dengan perusahaan minyak Rusia, Lukoil dan Rosneft, setelah 21 November, sebagai bagian dari upaya untuk membawa Kremlin ke perundingan damai terkait Ukraina.
Sekitar 1,4 juta barel minyak Rusia per hari, atau hampir sepertiga dari potensi ekspor melalui laut, telah ditambahkan ke stok yang disimpan di kapal tanker karena bongkar muat melambat akibat sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil, kata JPMorgan pada hari Kamis.
Membongkar kargo bisa menjadi jauh lebih menantang setelah batas waktu penerimaan minyak yang dipasok oleh kedua perusahaan pada 21 November, tambah bank tersebut.













