Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak relatif stabil pada Kamis (13/11/2025) setelah turun sekitar 4% pada perdagangan sebelumnya karena investor menimbang kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global dengan ancaman sanksi terhadap Lukoil Rusia.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 30 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 63,01 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 20 sen, atau 0,3%, menjadi US$ 58,69 per barel, setelah turun 4,2% pada hari Rabu.
"Harga minyak akan mendapat dukungan yang cukup besar di kisaran US$ 60/barel, terutama mengingat kemungkinan gangguan jangka pendek terhadap arus ekspor Rusia setelah sanksi yang lebih ketat diberlakukan," kata Suvro Sarkar, pimpinan tim sektor energi di DBS Bank.
Baca Juga: Peluang The Fed Pangkas Suku Bunga Desember di Ujung Tanduk, Kenapa?
AS telah menjatuhkan sanksi kepada Lukoil sebagai bagian dari upayanya untuk mengajak Kremlin melakukan antisipasi dalam perundingan damai terkait Ukraina. Sanksi tersebut melarang transaksi dengan perusahaan Rusia tersebut setelah 21 November.
Kenaikan harga tertahan karena laporan dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan kenaikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, sementara persediaan bensin dan distilat turun lebih rendah dari perkiraan minggu lalu.
Persediaan minyak mentah naik 6,4 juta barel menjadi 427,6 juta barel pada pekan yang berakhir 7 November, menurut EIA, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,96 juta barel.
American Petroleum Institute (API) mengatakan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,3 juta barel pada pekan yang berakhir 7 November, menurut sumber pasar.
Baca Juga: Sebagian Besar Negara Berkembang Dinilai Mampu Bertahan dari Tekanan Tarif AS
Harga turun lebih dari US$ 2 per barel pada hari Rabu setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan bahwa pasokan minyak global akan sedikit melebihi permintaan pada tahun 2026, sebuah pergeseran lebih lanjut dari proyeksi sebelumnya yang menyatakan defisit.
"Pelemahan (harga) baru-baru ini tampaknya didorong oleh revisi OPEC atas keseimbangan pasokan-permintaan pada tahun 2026 dalam laporan bulanannya, yang menegaskan bahwa OPEC kini mengakui kemungkinan kelebihan pasokan pada tahun 2026, berbeda dengan sikapnya yang lebih optimistis selama ini," kata Sarkar dari DBS.
OPEC mengatakan pihaknya memperkirakan surplus pasokan tahun depan karena peningkatan produksi yang lebih luas oleh OPEC+, sebuah kelompok produsen yang mencakup anggota OPEC dan sekutu seperti Rusia.
Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan perkiraan pertumbuhan pasokan minyak global untuk tahun ini dan tahun depan dalam laporan pasar minyak bulanannya pada hari Kamis, menandakan surplus yang lebih besar pada tahun 2026.
EIA AS juga mengatakan dalam Prospek Energi Jangka Pendeknya pada hari Rabu bahwa produksi minyak AS diperkirakan akan mencapai rekor yang lebih besar tahun ini daripada perkiraan sebelumnya.
Persediaan minyak global akan tumbuh hingga tahun 2026 karena produksi meningkat lebih cepat daripada permintaan bahan bakar minyak bumi, yang menambah tekanan pada harga minyak, tambah EIA.
Pemerintah AS dijadwalkan untuk kembali beroperasi pada hari Kamis setelah penutupan terpanjang dalam sejarah AS yang menghambat lalu lintas udara, memotong bantuan pangan untuk warga Amerika berpenghasilan rendah, dan memaksa lebih dari 1 juta pekerja tidak dibayar selama lebih dari sebulan.
"Kembalinya pemerintahan akan membantu mendukung permintaan dalam waktu dekat. Kita harus mengantisipasi permintaan yang lebih baik dari mereka yang kembali bekerja, ekspektasi perjalanan liburan kembali normal, dan tentu saja, musim belanja liburan siap dimulai," kata Carl Larry, manajer penjualan untuk perdagangan dan risiko di Enverus.













