Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - PERTH. Harga minyak melanjutkan pelemahan untuk sesi ketiga berturut-turut pada hari ini karena Amerika Serikat (AS) mendorong tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina. Hal tersebut dapat meningkatkan pasokan minyak ke pasar global, di tengah ketidakpastian atas pemangkasan suku bunga AS menekan selera risiko investor.
Jumat (21/11/2025) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2026 turun 71 sen atau 1,12% ke US$ 62,67 per barel, setelah ditutup melemah 0,2% pada sesi sebelumnya.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2025 berada di level US$ 58,29 per barel atau melemah 1,20%, setelah ditutup melemah 0,5% pada hari Kamis (20/11/2025).
Baca Juga: Ringgit dan Baht Menguat Tipis Jumat (21/11) Pagi, di Tengah Lesunya Mata Uang Asia
Kedua kontrak diperkirakan akan turun lebih dari 2% minggu ini karena kekhawatiran kelebihan pasokan. Sentimen pasar berubah menjadi pesimis minggu ini karena Washington mendorong rencana perdamaian antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri perang tiga tahun, bahkan ketika sanksi terhadap produsen minyak utama Rusia, Rosneft dan Lukoil, seharusnya mulai berlaku pada hari Jumat.
Lukoil memiliki waktu hingga 13 Desember untuk menjual portofolio internasionalnya yang besar.
"Dengan Ukraina yang belum secara resmi menolak kesepakatan tersebut, kecilnya kemungkinan tercapainya kesepakatan membebani harga, karena hal itu akan menghilangkan sebagian besar premi risiko geopolitik perang yang tertanam dalam minyak mentah," kata analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam sebuah catatan.
Penguatan dolar AS juga menekan harga minyak karena membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Dolar AS berada di jalur untuk mencatat minggu terbaiknya dalam lebih dari sebulan pada hari Jumat karena investor bertaruh bahwa Federal Reserve kemungkinan tidak akan memangkas suku bunga bulan depan.













