Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga di London Metal Exchange (LME) naik pada Kamis (2/10/2025), terdorong oleh kekhawatiran pasokan dari produsen utama Chile dan pemasok besar Indonesia, sekaligus didukung oleh melemahnya nilai dolar AS.
Tembaga tiga bulan di LME tercatat naik 0,33% menjadi US$10.413,5 per ton pada pukul 03.01 GMT.
Baca Juga: Harga Tembaga Shanghai Turun, Dampak Rally Grasberg Freeport Tertekan Permintaan
Menurut analis ANZ, aktivitas industri yang melambat di berbagai wilayah dunia tertutupi oleh risiko pasokan yang meningkat di Chile dan Indonesia.
Selain itu, upaya anti-involusi China juga menambah sentimen bullish di pasar.
Anti-involusi merupakan kebijakan China untuk mengakhiri perang harga agresif di beberapa sektor yang dinilai merugikan ekonomi.
Produksi tembaga Chile turun 9,9% secara tahunan pada Agustus, penurunan paling tajam dalam lebih dari dua tahun, menurut data dari badan statistik INE pada Selasa (30/9).
Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, berada di level 97,672, sedikit lebih rendah dari penutupan Rabu, setelah sempat mencapai titik terendah satu minggu di 97,459.
Baca Juga: Harga Tembaga Melambung usai Freeport Umumkan Force Majeure Tambang Grasberg
Pelemahan dolar membuat aset yang dinilai dalam dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain.
Stok tembaga di sistem gudang LME juga menurun menjadi 141.725 ton, level terendah sejak awal Agustus.
Di sisi permintaan, aktivitas manufaktur China menyusut untuk bulan keenam pada September, dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) berada di 49,8, di bawah ambang batas pertumbuhan 50. Pasar China ditutup dari 1 hingga 8 Oktober untuk libur Golden Week.
Logam lain di LME juga mencatat pergerakan positif, meski tipis: aluminium naik 0,26% menjadi US$2.695,5 per ton, timbal naik 0,5% menjadi US$2.020,5, tim naik 0,24% menjadi US$36.100, dan seng menguat 0,28% menjadi US$2.996. Sedangkan nikel turun tipis 0,06% ke US$15.175.