Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga di Shanghai turun pada Senin (29/9/2025), setelah rally harga yang dipicu kekhawatiran pasokan akibat kecelakaan di tambang kedua terbesar dunia justru menekan permintaan.
Melansir Reuters, kontrak tembaga paling aktif di Bursa Berjangka Shanghai (SHFE) tercatat turun 0,25% menjadi 82.290 yuan per ton metrik (US$11.560,02) pada pukul 02:49 GMT, menurun dari level tertinggi enam bulan yang tercapai Kamis lalu.
Baca Juga: Harga Tembaga Melambung usai Freeport Umumkan Force Majeure Tambang Grasberg
Harga tembaga di Shanghai naik sekitar 3,4% pekan lalu, terutama terdorong gangguan produksi di tambang Grasberg, Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah mencapai kesepakatan dengan Freeport Indonesia untuk menghentikan operasi sementara tambang tersebut guna memprioritaskan pencarian pekerja yang terjebak, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada Jumat lalu.
Aliran lumpur besar pada awal bulan ini menimpa tujuh pekerja di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave. Dua pekerja ditemukan tewas pada 20 September, menurut Freeport.
“Permintaan dari konsumen hilir belum cukup untuk menerima harga yang lebih tinggi,” kata analis dari broker China, Galaxy Futures.
Pasar China akan tutup dari 1–8 Oktober untuk libur Nasional. Selain itu, pemerintah China pada Minggu lalu mempublikasikan rencana untuk mendorong industri logam non-ferrous, dengan menekankan penghindaran proyek “berulang dan kelas bawah” untuk logam termasuk tembaga, serta mendorong penggunaan material tembaga berkelas tinggi.
Baca Juga: Produksi Grasberg Terganggu, Freeport-McMoRan Pangkas Target Penjualan Emas & Tembaga
Sementara itu, tembaga acuan tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,97% menjadi US$10.280 per ton.
Di SHFE, logam lainnya mencatat pergerakan sebagai berikut: seng turun 1,57% menjadi 21.665 yuan per ton, timbal anjlok 1,06%, nikel turun 0,77%, timah turun 0,64%, dan aluminium turun 0,24%.
Data persediaan menunjukkan stok seng di SHFE naik 1,2% secara mingguan menjadi 100.544 ton, menjadi satu-satunya logam dasar yang meningkat, seiring pasar seng global beralih ke surplus 30.200 ton pada Juli, dari defisit pada Juni, menurut International Lead and Zinc Study Group.
Di LME, aluminium naik 0,21%, seng naik 0,29%, nikel naik 0,26%, timbal turun 0,47%, dan timah turun 0,33%.