Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TEL AVIV. Pembentukan koalisi baru untuk menggulingkan pemerintahan nampaknya mulai membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu resah. Netanyahu bahkan merasa melihat ada praktik penipuan besar dalam prosesnya.
Pernyataan keras Netanyahu ini keluar setelah kepala keamanan domestik Israel memperingatkan potensi kekerasan politik dalam perjalanan menuju pergantian pemimpin kelak.
"Kami menyaksikan kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah negara ini, menurut pendapat saya, bahkan dalam sejarah demokrasi manapun," ungkap Netanyahu, seperti dikutip Reuters.
Tuduhan Netanyahu didasarkan pada janji kampanye yang dilanggar oleh Naftali Bennett, calon dari koalisi opoisisi yang diproyeksikan menggantikan dirinya di kursi teratas pemerintahan Israel.
Netanyahu menilai Bennett telah mengingkari janji kampanyenya untuk tidak bermitra dengan partai-partai sayap kiri, tengah, negara-negara Arab.
Pekan lalu, Bennett, bersama dengan pemimpin oposisi Yair Lapid, mengumumkan mereka telah membentuk koalisi pemerintahan dengan faksi-faksi dari seluruh spektrum politik, termasuk partai sayap kiri dan tengah, menentang kubu kanan yang mendukung Netanyahu.
Baca Juga: Israel meminta US$ 1 miliar ke AS untuk mengisi ulang sistem pertahanan Iron Dome
Pernyataan koalisi oposisi tersebut muncul setelah pemilu pada 23 Maret lalu tidak menunjukkan hasil yang meyakinkan. Pemilu tersebut merupakan pemilu keempat di Israel dalam dua tahun yang tetap berakhir tanpa hasil.
Di bawah undang-undang rotasi Israel, Bennett akan menjabat pertama sebagai perdana menteri, kemudian digantikan oleh Lapid dalam periode selanjutnya. Namun hingga saat ini perlemen belum menentukan tanggal pemungutan suara baru.
Dalam siaran langsung di televisi, Bennett bahkan menegur Yariv Levin, juru bicara parlemen dan seorang loyalis Netanyahu, untuk tidak mengulur waktu dan meminta pemungutan suara diadakan hari Rabu (9/6).
Menganggap Bennett tidak layak
Benjamin Netanyahu telah menjabat sebagai perdana menteri sejak 2009, dan sejak saat itu tidak ada kekuatan politik yang mampu mengalahkannya.
Periode terakhir Netanyahu mulai diwarnai keraguan publik karena dugaan korupsi, yang tentunya dibantah keras olehnya. Di sisi lain, Netanyahu juga mendapat pujian karena sukses membawa Israel menjadi negara dengan peluncuran program vaksinasi Covid-19 tercepat di dunia.
Baca Juga: Serang tempat tinggal warga sipil, Israel dinilai lakukan kejahatan perang
Kemunculan koalisi baru dari kalangan oposisi kini mulai menurunkan pamor Netanyahu dan mengancam posisinya.
"Kami, teman-teman saya dan saya di Partai Likud, akan dengan keras menentang pembentukan pemerintah penipuan dan penyerahan yang berbahaya ini," ungkap Netanyahu.
Netanyahu meyakinkan bahwa koalisi Bennett-Lapid akan membahayakan Israel karena memiliki pandangan politik yang berbeda dengan Israel selama ini.
Koalisi tersebut dinilai tidak akan mampu menekan AS yang hendak kembali ke program nuklir Iran atau menghadapi kelompok militan Hamas Gaza.
Secara umum, Bennett merupakan tokoh sayap kanan yang sejalan dengan Netanyahu, tetapi memiliki pandangan yang lebih moderat. Untuk pertama kalinya juga, partai Islamis Arab bergabung dalam koalisi yang akan memerintah Israel.
Meskipun demikian, pada kenyataan koalisi oposisi ini mendapatkan cukup banyak dukungan. Dilansir Jerusalem Post, sebuah jajak pendapat menunjukkan sebanyak 47% orang Israel mendukun pemerintahan baru yang akan dibentuk Bennett-Lapid.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Midgam Consulting and Research ini juga menemukan bahwa sekitar 61% pemilih sayap kanan menentang pembentukan pemerintah ini, sementara 77% pemilih sayap kiri mendukungnya.