Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hong Kong resmi menghentikan sebagian besar aktivitas pada Selasa (23/9) akibat Super Topan Ragasa, badai tropis terkuat di dunia sepanjang tahun ini.
Otoritas meteorologi menyebut Ragasa membawa angin kencang hingga 220 km/jam (137 mph) dan menimbulkan ancaman serius bagi pesisir Guangdong, China, yang berbatasan langsung dengan pusat finansial Asia tersebut.
Topan ini sebelumnya menerjang Filipina bagian utara pada Senin, dan kini bergerak menuju Hong Kong, Tiongkok daratan, hingga Taiwan. Meski sedikit melemah menjadi kategori 4, Ragasa tetap digolongkan sebagai badai berbahaya dengan potensi kerusakan besar.
Baca Juga: Hong Kong Siaga Topan Super Ragasa, Sekolah dan Bisnis Tutup
Panic Buying dan Persiapan Warga
Menjelang badai, warga Hong Kong berbondong-bondong memenuhi supermarket, menyebabkan rak-rak kosong akibat panic buying. Banyak yang membeli kebutuhan pokok, khawatir toko akan tutup selama dua hari.
Jendela rumah dan toko ditutup dengan perekat khusus untuk meminimalisasi dampak pecahan kaca. Pemerintah setempat juga membagikan karung pasir bagi warga di wilayah rendah guna mengantisipasi banjir.
Seorang warga bermarga Mak (35) mengatakan ia telah menyiapkan persediaan makanan dan memperkuat rumahnya. “Kami menutup rapat jendela dan pintu, serta memeriksa kemungkinan kebocoran,” ujarnya.
Gangguan Transportasi dan Penerbangan
Hong Kong mengibarkan sinyal badai tingkat 8 (T8) pada pukul 14.20 waktu setempat, yang mewajibkan sebagian besar bisnis dan layanan transportasi berhenti beroperasi. Hingga Selasa sore, lebih dari 700 penerbangan terganggu, termasuk di Makau dan Taiwan.
Sementara itu, Bursa Saham Hong Kong tetap beroperasi, setelah kebijakan baru akhir 2024 yang mengizinkan perdagangan berlangsung meski cuaca ekstrem.
Baca Juga: Bersiap Hadapi Angin Topan Super Ragasa, Bandara Hong Kong Akan Ditutup Selama 36 Jam
Ancaman Badai dan Gelombang Pasang
Observatorium Hong Kong memperingatkan badai akan semakin parah pada Selasa malam hingga Rabu, dengan potensi hujan lebat, banjir besar, dan gelombang pasang. Ketinggian air laut diprediksi naik sekitar 2 meter, bahkan mencapai 4–5 meter di beberapa wilayah pesisir.
Kondisi ini disebut serupa dengan Topan Hato (2017) dan Topan Mangkhut (2018), yang kala itu menimbulkan kerugian hingga miliaran dolar.
Respons di Guangdong, Makau, dan Taiwan
Di Tiongkok, lebih dari 10 kota di Provinsi Guangdong, termasuk Shenzhen dan Zhuhai, menutup sekolah, kantor, dan layanan transportasi. Pemerintah menyiapkan lebih dari 800 tempat pengungsian darurat di Shenzhen, serta memangkas cabang pohon di jalan utama untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Di Makau, semua kasino diperintahkan tutup pukul 17.00 waktu setempat, sementara Taiwan melaporkan hujan ekstrem hingga 60 cm di wilayah pegunungan timur, 273 penerbangan dibatalkan, dan 25 orang terluka akibat badai.